Sebab manusia sulit memproduksi hormon ini yaitu kehidupan yang monoton, tidak mendapat perhatian dari pasangan hidup, keluarga, sahabat dan orang di sekitarnya.Â
Selalu mendengarkan musik yang sedih dan membuatnya terkenang masa lalu yang pahit dan menyedihkan, berinteraksi dengan orang-orang toksik yang merusak mentalnya. Menonton berita yang menyeramkan, menakutkan dan lain sebagainya merupakan bagian dari penyebab hormon ini sulit terproduksi.
Hal-hal yang membuat hati sedih, marah, benci, dendam, sakit dan kecewa bisa menghentikan produksi hormon oksitosin.Â
Sulitnya manusia memproduksi hormon cinta tentu akan menunjukkan reaksi kepada orang sekitarnya yaitu mudah marah, mudah menyakiti, acuh, mudah putus asa, cenderung merusak hubungan diri sendiri maupun orang lain dan hal tidak baik lainnya.
Itu sebabnya mengapa orang-orang yang ketika anaknya telah besar dan dewasa atau tidak mendapatkan perhatian dan kata sayang dari pasangannya baik dari sisi pria atau wanita, ia tidak lagi mudah atau malah terhenti memproduksi hormon ini. Sehingga rasa cinta memudar, menghilang kepada pasangannya dan mulai mencari seseorang yang mampu membuatnya "berdebar" kembali.
Sering berada di tempat di mana kita tidak dihargai layaknya manusia, ditindas, diperlakukan tidak adil dan hal tidak baik lainnya membuat hormon oksitosin tidak terproduksi dan ketika ia tidak memiliki cara untuk meningkatkan hormon ini maka secara perlahan mengubah dirinya menjadi individu toksik yang juga memperlakukan orang lain sama seperti ketika ia diperlakukan dengan kasar dan tidak baik.Â
Perilaku toksik ini menularkan dan menimbulkan banyak bencana di muka bumi, menghancurkan yang baik dan membinasakan yang sudah rusak. Hanya karena persoalan hormon cinta yang tidak dijaga dengan baik bisa merusak dunia.
Racun lawannya adalah obat penawar atau mengeluarkan racun tersebut dari tubuh (memori) yaitu dengan cinta dan kasih sayang,Â
Saat seseorang semakin kering dan membiarkan dirinya tidak memiliki rasa kasih dan sayang di hatinya sudah tentu ia akan merusak orang lain dengan berbagai cara bahkan terkadang ia tidak menyadarinya bahwa ia sendiri adalah individu toksik.Â
Menciptakan generasi yang penuh cinta dan kasih sayang berawal dari orang tua yang memiliki kasih dan sayang kepada sesama, demikian pula sebaliknya.