Pemahaman berasal dari ketenangan, saat individu mencoba memahami sesuatu melalui kemarahan, kesedihan, dan kebencian akan terasa sulit baginya. Kembali kepada frekuensi otak, pemahaman bermula dari frekuensi otak yang getarannya tidak terlalu kuat sehingga ia mudah mencerna banyak hal. Ketenangan berada pada frekuensi otak gelombang alpha (8-12 cps/ciclus persecond).
Toxic positivity akan terjadi ketika frekuensi otak manusia berada pada frekuensi yang tinggi. Frekuensi tinggi tersebut dapat mengakibatkan kalimat positif tersebut menjadi racun baginya dan dapat mencetuskan hal sebaliknya bukannya menerima malah menolak dengan frontal.Â
Kemampuan memahami kata-kata dan kalimat dengan akurat ketika kita berada pada gelombang yang tenang dan kalimat positif dari orang lain akan efektif ketika individu sudah berada pada frekuensi otak yang sedang rileks.
Tidak selamanya kalimat positif dapat diterima oleh orang lain, ketika kondisi pikiran mereka dalam keadaan yang tidak menentu, kalimat itu tidak mampu meredakan.Â
Seringnya kebaikan kita seolah tertolak karena tidak tepat memberikan kalimat positif kepada orang-orang yang sedang mengalami goncangan jiwa yang hebat.Â
Frekuensi otak yang sibuk tidak akan waspada kepada ucapan orang lain tapi ia sedang sibuk dengan data pikirannya sendiri, tentunya pada frekuensi tegangan otak yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H