Mohon tunggu...
Zahra
Zahra Mohon Tunggu... -

Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Moonlight Sonata

26 Februari 2014   22:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untuk kesekian kalinya,
angin berdesir memainkan moonlight sonata
ah, sungguh alunan melankoli yang melarutkan rasa

adagio sostenuto, mengalun dengan pelan - sangat pelan
begitu lirih, begitu indah - keindahan yang membuai imaji
serupa cahaya purnama yang bersinar terang
terpantul di atas riak danau yang tenang

sesaat alunan allegretto menari dengan riang
hanya sesaat, seakan kebahagiaan singgah lantas berpaling

presto agitato, gerak jemari angin meliuk di udara
memainkan tempo kian cepat, semakin cepat
menghentak, kian menghentak tak terkendali
bagai debur perasaan yang dihantam ombak
kekecewaan yang memuncak, menggelegak
tumpah setampuk amarah, pecah membuncah
: selayak luka yang tersayat, perih terkoyak

oh, inikah simfoni duka
yang mengalun dikeheningan tanpa jeda
dan aku pun bertanya kepada angin,
‘duhai, siapa gerangan yang sedang meratap kehilangan?'

.
Zahra, 260214
.

#Terinspirasi dari Piano Sonata no.14 atau lebih dikenal dengan nama Moonlight Sonata karya Beethoven

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun