Di dalam pertemanan atau persaudaraan tidak lepas dari kata bercanda ataupun bertengkar. Yang perlu digaris bawahi adalah masalah pertengkaran. Jika terjadi pertengkaran jangan dibesarkan, karena dapat diselesaikan dengan sebuah permintaan maaf.
Problem inilah yang terjadi pada masa sekarang. Jika ada pertengkaran maka berujung pada pertikaian, padahal masih bisa diselesaikan dengan cara saling meminta maaf.
Pada masa Nabi Muhammad, Abu Bakar pernah bertengkar dengan Umar karena terjadi perselisihan. Tetapi masalah ini diselesaikan dengan cara meminta maaf dan menyesali atas pertengkaran tersebut, tidak sampai terjadi pertikaian. Berbeda dengan masa sekarang, terkadang ada orang yang memiliki masalah terhadap seseorang yang lain tidak diselesaikan dengan meminta maaf.
Ada yang sampai berujung pertikaian dan ada juga yang berujung pertumpahan darah. Dijelaskan didalan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 133-134 bahwa dianjurkan untuk saling memaafkan sebagaimana berikut:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa ukhuwah dan persaudaraan saling terikat pada manusia, jika terjadi pertengkaran jangan dibesar-besarkan. Karena dapat diselesaikan dengan saling memaafkan sebagaimana yang terjadi pada masa nabi dan sebagaimana yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an. Yang memerintahkan untuk menahan amarah dan saling memaafkan atas kesalahan orang lain
