Mohon tunggu...
Zainur Rozi
Zainur Rozi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Palestine Solidarity Day di Solo

30 November 2015   13:51 Diperbarui: 30 November 2015   22:07 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Minggu, (29/11) puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Alumni Sekolah Penerus Bangsa (SPB) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) memperingati Palestine Solidarity Day (PSD). PSD dilaksanakan di Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi, Solo. Mahasiswa tersebut melakukan aksi di momen yang ditetapkan oleh PBB sebagai PSD di tanggal 29 November. 

Untuk partisipan yang mengikuti aksi PSD di Solo, mayoritas dari Alumni SPB UNS 2015, namun beberapa mahasiswa UNS lain non-SPB juga ikut berpartisipasi. Aksi yang bertajuk ‘Half Hour For Palestine’ ini berlangsung lebih lama dari setengah jam. Pertama, partisipan dibagi menjadi dua tim yang menyebar di dua titik, yakni Halte Sriwedari dan depan Gramedia. Masing-masing tim melakukan aksi teaterikal yang menggambarkan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina. Kemudian dilanjutkan dengan menyebarkan press release dan penggalangan donasi yang nantinya akan disalurkan melalui Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Cabang Surakarta.

PSD ini merupakan aksi pertama kali yang dilakukan di Solo, diprakarsai oleh Ayyasy Yahya—mahasiswa UNS jurusan manajemen yang juga alumni SPB, yang berinisiatif mengajak teman-temannya untuk ikut berpartisipasi melakukan aksi ini. Dilatarbelakangi oleh kegelisahannya ketika melihat aksi terror pada suatu malam yang terjadi di Paris, seluruh elemen masyarakat dunia dari mulai anak remaja sampai pejabat-pejabat dunia berbicara tentang kemanusiaan, terorisme, dan mengutuk keras peristiwa teror tersebut. Tetapi ia melihat hal yang berbeda ketika seseorang berbicara soal penindasan yang terjadi di Palestina. Semua orang tahu, ataukah pura-pura tidak tahu bahwa satu malam yang terjadi di Paris sama dengan setiap malam di Palestina. Ia melihat adanya ketidakadilan hukum yang ditegakkan oleh negara-negara penguasa dunia. Tetapi giliran Palestina, mereka semua menjadi bisu, seolah-olah tak ada lagi kekuatan.

Model aksi sosial ini diakuinya terinspirasi dari aksi solidaritas untuk Paleastina yang dilakukan sekelompok masyarakat Amerika. "Ada sekelompok masyarakat di Amerika yang melakukan aksi solidaritas dengan pertunjukan teaterikal. Mereka memasang pamflet yang bertuliskan ‘Nothing to see, just another dead Palestine. Keep Walking’. Saya rasa itu hal yang unik dan akan menarik perhatian masyarakat yang berlalu-lalang. Namun pada aksi ini kita adakan sedikit modifikasi."

Bagi salah satu partisipan PSD-Anesia Kinanti, ia memutuskan ikut dalam aksi ini karena alasan murni solidaritas kemanusiaan. Persiapannya sendiri berlangsung selama satu pekan. Sebelum hari-H, diadakan beberapa kali pertemuan dan gladi bersih. Menurutnya, masyarakat Solo sendiri ada yang peduli dan ada pula yang tidak. Salah satu masyarakat yang peduli, yakni Yuha Risman, mengatakan sangat mendukung aksi mahasiswa seperti ini karena menurutnya hal semacam ini merupakan bentuk solidaritas yang nyata sekaligus syiar. “Kami menginginkan warga dunia sadar, bahwa terorisme yang sebenarnya ada di Palestina, dan kita ingin Palestina terbebas dari segala bentuk penjajahan."

Untuk ke depanya, tanggal 29 November diharapkan bisa menjadi titik bagi masyarakat Solo bahkan dunia untuk semakin memiliki solidaritas kepada rakyat Palestina. Ayyasy sendiri berharap untuk masyarakat khususnya warga Solo untuk benar-benar melihat realitas yang terjadi di dunia. “Benar ya benar, kejam ya kejam, salah ya salah. Jangan sampai mengingkari kebenaran. Jangan sampai mengatakan bahwa Indonesia saja belum beres, ngapain ngurusin negara lain? Perlu diingat bahwa masalah itu akan selalu ada, karena sudah hukum alam. Kalau kita menunggu dulu sampai Indonesia bebas masalah, kita tidak akan mungkin bergerak untuk Palestina,” ungkapnya.

[caption caption="teatrikal menutup mata, mulut dan telinga terhadap terbunuhnya warga palestina"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun