Mohon tunggu...
zainurroviqi
zainurroviqi Mohon Tunggu... Guru - Zainurroviqi

Mahasiswa PAI 16 UNISNU JEPARA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Game, Si Pembuat Candu?

4 Juli 2019   07:51 Diperbarui: 4 Juli 2019   07:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Era digital melahirkan banyak sekali penemuan-penemuan baru dalam sisi teknologi. Dan penemuan ini disesuaikan dengan minat pasar yang belakangan digandrungi khalayak. Salah satu yang sekarang ini memiliki banyak inovasi dan terbukti banyak diminati oleh masyarakat adalah game Online.

Game online sekarang ini muncul menggeser video game. Keberadaan geme online yang bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja menggunakan media gawai lebih terasa efisien dan menyenangkan bagi penikmatnya.

Game ini juga bisa diunggah secara bebas, dan bisa dinikmati oleh segala usia. Namun tahukah kita bahwa generasi muda kita banyak yang mengalami kecanduan game hingga mengalami gangguan kesehatan.

 kecanduan game sebagai penyakit mental yang disebut dengan Gaming disorder dan pengidapnya perlu diterapi selama berbulan-bulan.

Seseorang disebut gaming disorder ketika mereka sudah bermain game secara berlebihan, baik dalam waktu, frekuensi juga intensitas. Kebanyakan dari mereka akan menghabiskan waktunya untuk bermain hingga mengabaikan kesehatannya sendiri.

Sebagai generasi muda,  kita perlu sadar bahwa ada potensi dalam diri kita yang perlu dikembangkan.  Sehingga waktu yang kita miliki tidak bisa dihabiskan hanya dengan bermain game.

Bukan berarti kita dilarang ikut memainkan beberapa gim yang marak di diunggah seperti mobile legend, King Of glory, PUBG, Free fire Dan lainnya.  Namun,  kita hanya perlu memanajemen waktu supaya kehidupan kita lebih berimbang.

Game yang dianggap sebagai hiburan,  ternyata jika disantap secara berlebihan bisa merusak kinerja  yang ada dalam otak kita.  Italian sendiri bertugas sebagai penanggung jawab tindakan manusia,  berfungsi sebagai tempat membedakan baik dan buruk. Sehingga mereka yang kecanduan game sering kali bertindak agresif dan sudah kesulitan membedakan benar dan salah.  Bagian otak ini yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.

Sayangnya,  tidak banyak generasi kita bahkan orang tua kita memahami bahaya bermain game secara berlebihan.  Kita pelaku pemain game merasa nyaman,  dan sekitar kita menganggap hal itu wajar.  

Oleh sebab itu, kalian yang menghabiskan separuh waktunya untuk bermain game  sudahkah siap menanggung resiko jika harus direhabilitasi?  Atau menanggung resiko lain yang lebih mengerikan? Maka mari belajar menaata waktu dan memilih prioritas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun