Ada empat pilar pembantukan karakter ketaqwaan dalam keseharian seseorang kata Imam Ali KW, diantaranya:
1. Takut
Pilar pertama dari ketaqwaan adalah Takut dari Dzat Allah yang maha tinggi, maha kuasa, maha segalanya.
Rasa Takut memang merupakan perasaan yang harus mampu ter "manage" dengan benar, karena dalam ayat lain digambarkan bahwa seorang muslim tidak boleh takut karna Allah bersama kita, kemudian dalam ayat lain pun Allah menggambarkan bahwa ada makhluq Negatif yang selalu berusaha menancapkan perasaan takut dalam benak manusia.
Takut yang diharapkan selalu ada dalam keseharian kaum muslimin adalah hanya takut karna Alllah SWT, takut akan ketidakmampuan kita dalam membersamai Allahdalam seluruh gerakgerik kehidupan kita.
Kita teringat sebuah Hadits Qudsi yang menggambarkan bagaimana seharusnya kita berinteraksi dalam kkehidupan kita yang dilandasi takut akan ancaman dan keputusan akhir Allah SWT di hari pembalasan kelak.
Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka.
Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman: Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya."
"Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman: Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya. Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab: Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya." (HR Muslim).
Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian.
Membersamai Allah ternyata ada dalam seluruh lini kehidupan kita. Dan takutlah kita sama Allah seandainya kita tidakbisa membersamai-Nya dalah selukbeluk kehidupan keseharian kita bersama yang lain.