TGB : Golkar adalah Partai Tengah
Oleh : Zainurrofieq
Babak baru "Politik Keummatan" kini tengah dimainkan TGB (Tuan Guru Bajang), Dr. M Zainul Majdi.
Dalam momen bergengsi acara para petinggi partai Golkar se-nusantara di hotel Darmawangsa 20 Desember 2018 itu, partai yang pernah berkuasa 30 tahun di zaman Orde Baru itu memutuskan langkah  menambah satu bidang garapan penting selain 9 bidang garapan partai yang sudah ada, yaitu bidang Garapan Keummatan yang langsung dianugrahkan kepada TGB, plus posisi wakil ketua pemenangan presiden 2019 dari partai tersebut.
Alasan utama di hari pertama ketika TGB mengomentari penerimaan anugrah kepercayaan dari Golkar itu TGB hanya berkata, Â "Golkar adalah partai tengah yang bisa membumikan nilai-nilai dakwah wasatiyyah di NKRI."
TGB yang juga sebagai Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, memiliki posisi yang sangat strategis di mana sekitar 30.000 Alumni Al Azhar se-nusantara yang kebanyakan bergerak dalam bidang dakwah keummatan.
Meskipun kebanyakan kader khirrij (alumni) Al Azhar telah banyak menempati pos-pos strategis di partai-partai lain selain Golkar, namun justru ini akan menambah fenomena menarik dalam pembentukan sistem "fastabiqul khairaat" (berlomba-lomba dalam kebaikan) bagi Azhary dalam dunia politik seperti sering dituturkan TGB.
Dalam isu-isu utama politik keummatan yang selalu dinarasikan TGB, mulai pembenturan nasionalisme dan agama, pembentukan ekonomi ummat, wisata halal, hingga moral pergerakan dakwah, TGB seakan selalu banyak berharap dari kekuatan politik fragmatis modern kita yang lebih besar dan kuat guna me "leverage" nilai-nilai agama dalam realitas masyarakat muslim Indonesia yang damai dan beradab.
Maka pilihan Golkar sebagai rumah pengejawantahan value itu sangatlah tepat dan cerdas.
Gayung bersambutnya partai Golkar terhadap nilai-nilai wasathiyyah (tengah) yang akan di goreskan TGB dalam  merajut kebangsaan yang berorientasi pada basic keummatan, menjadi fenomena mutualis yang semakin memperindah politik Islam modern di Indonesia.
Euforia politik identitas yang tengah marak dalam pergerakan sosial politik keummatan kita pun akan mulai terreduksi pada arah politik maslahat aammmah yang lebih substansial dan progresif.