Mohon tunggu...
Zainurrifqy Alfian
Zainurrifqy Alfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulisan merupakan suatu hal yang bisa mengubah oranglain. Berubah menjadi baik ataupun buruk, itu menjadi tanggung jawab penulis dan pembaca seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vandalisme: BOM Malapetaka Yogyakarta

26 Juli 2023   16:54 Diperbarui: 26 Juli 2023   16:57 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yogyakarta merupakan kota pendidikan sekaligus kota wisata yang memiliki banyak tempat wisata, tempat yang menyimpan banyak budaya, dan terkenal dengan kota yang ramah serta murah. Di Yogyakarta banyak sekolah dan Universitas yang terbilang unggul dan banyak diminati banyak orang di Indonesia. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki ini, tidak bisa dipungkiri bahwa Yogyakarta menjadi salah satu tempat di Indonesia yang memiliki daya tarik yang tinggi, baik itu untuk wisatawan lokal maupun asing. Daya tarik ini tidak jarang bukan hanya sekedar untuk dijadikan sebagai tempat wisata saja, namun banyak orang yang kemudian berpikir atau bahkan memutuskan untuk tinggal dan menetap di Yogyakarta.

Dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki Yogyakarta sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta, Yogyakarta memiliki masalah sendiri yang mungkin akan membuat wisatawan berfikir dua kali untuk menyebut Yogyakarta adalah tempat yang "nyaman". Ada beberapa masalah yang menjadi nilai minus untuk Yogyakarta, diantaranya yaitu pertikaian antar geng, klitih, vandalisme, dan sebagainya. Dalam artikel ini pembahasan lebih berfokus pada vandalisme yang kerap terjadi di Yogyakarta. Meskipun, pada kenyataan yang kerap terjadi di Yogyakarta vandalisme, klitih, dan pertikaian antar geng adalah sebuah kesinambungan.

Bagi masyarakat Yogyakarta, vandalisme merupakan suatu kejahatan yang susah untuk dihapuskan. Hal ini karena kepercayaan para remaja yang ada di Yogyakarta khususnya pelajar di tingkat SMP sampai SMA, bahwa semakin banyak mereka melakukan vandalisme maka nama mereka akan semakin besar dan menjadi disegani. Dengan vandalisme, mereka ingin menyampaikan pesan kepada semua orang khususnya pihak-pihak yang mereka anggap sebagai musuh, bahwa mereka masih ada. Para pelaku vandalisme di Yogyakarta rata-rata adalah para pelajar yang berada di tingkat SMP sampai SMA dan tergabung pada sebuah geng sekolahnya.

Dokumentasi Penulis
Dokumentasi Penulis

Vandalisme yang kerap dilakukan di Yogyakarta adalah kegiatan mencoret-coret tembok dengan menuliskan inisial nama pelaku ataupun inisial nama geng pelaku. Vandalisme di Yogyakarta sering menyasar ke beberapa rumah atau toko warga, fasilitas umum, sekolah, sampai gedung-gedung pemerintahan. Selain mengotori bangunan, vandalisme ini sering menjadi pemantik masalah lain seperti pertikaian antar geng. Pertikaian ini terjadi karena pelaku vandalisme melakukan aksinya di sekolah-sekolah yang mereka anggap sebagai musuh, atau para pelaku vandalisme saling mencoret tulisan inisial geng lain sehingga menyebabkan geng yang dicoret merasa "diinjak-injak".

Menurut Ramadhanu (24 tahun) yang merupakan mantan koordinator salah satu geng SMP di Yogyakarta yang berhasil di wawancarai, dia menjelaskan ada beberapa alasan terjadinya vandalisme di Yogyakarta, yang diantaranya:

  • Mencari popularitas,
  • Memancing emosi musuh-musuh mereka,
  • Menunjukkan eskistensi,
  • Membalas perbuatan dari pihak-pihak yang tidak mereka sukai,
  • Sebagai pesan/teror kepada musuh-musuh mereka.

Dari beberapa alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aksi vandalisme yang mereka lakukan hanyalah sebuah BOM yang bisa meledakkan suatu pertikaian antar geng. Pertikaian antar geng ini kerap terjadi karena para pelaku vandalisme melakukan aksinya di sekolah-sekolah tertentu ataupun mencoret inisial dari geng lain sehingga mengakibatkan pertikaian dengan alasan harga diri ataupun nama baik geng.

Jika dikaji secara komunikasi visual, vandalisme yang terjadi di Yogyakarta merupakan sebuah ekspresi dari para pelaku yang membutuhkan pengakuan ataupun validasi bahwa mereka masih ada. Mereka ingin memberikan pesan kepada pihak-pihak yang mereka anggap sebagai musuh melalui aksi vandalisme yang mereka lakukan. Tidak jarang aksi vandalisme ini juga menimbulkan rasa senang dan bangga, karena para pelaku merasa sudah ikut andil dalam membesarkan nama geng yang dia ikuti. Namun vandalisme yang merupakan sebuah ajang untuk mencari popularitas di kalangan geng yang ada di Yogyakarta, merupakan sebuah kejahatan yang dapat meresahkan dan merugikan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun