Banyaknya kasus dan masalah yang terjadi di Jakarrta sebelum putaran kedua membuat warga semakin ketakutan, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran politik (sifat egois dan serakah), mereka hanya memanfaatnya politik sebagai kendaraan dalam meraup kekayaan. Mereka memanfaatkan politik untuk kepentingan diri sendiri dan golongannya, sehingga menjadikan warga Jakarta tidak maju-maju. Selain itu, hukum yang ada di negara kita masih kurang tegas terhadap para pelaku kejahatan, baik ekonomi maupun politik, sehingga tidak membuat jera dan menganggap itu hal yang biasa.
Contohnya pelaku korupsi, mereka masih dengan bangganya bisa menebar senyum ke media tatkala di tangkap, bukan merasa malu. Lihat saja kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diantaranya, dugaan penistaan agama di kep.1000, reklamasi teluk Jakarta, dugaan korupsi pembelian lahan rumah sakit sumber waras, dan terlebih lagi Ahok juga masuk dalam urutan nama-nama penerima proyek korupsi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) senilai Rp 5,9 triliun.
Semua deretan kasus tersebut ternyata belum mampu mengantarkan Ahok ke penjara, sehingga dengan bangganya dia mencalonkan pilkada DKI dan dan lolos dalam putaran ke 2. Bagaimana kita bisa percaya sama Ahok, jika penegak hukum saja bisa tertipu. Sehingga penegak hukum sangat kesulitan untuk menjerat  Ahok ke penjara, walaupun yang bersangkutan sudah memiliki banyak kasus yang sangat merugikan.
Bagaimana maasyarakat kita bisa percaya sama kerja dan program-program Ahok, jika selama Ahok menjabat DKI mempunyaai kasus-kasus yang sangat banyak, sehingga menjadikan politik sebagai alat meraup kekayaan.
Padahal sangat jelas dalam UUD 1945 yang selalu menempatkan kedaulatan rakyat adalah yang utama dalam konteks berjalannya negara-bangsa republik Indonesia. Bagaimana mungkin kedaulatan rakyat akan tercipta jika pemimpin yang ada masih sama.
Dengan otoritas ditangan Ahok sebagai petahanan gubernur DKI Jakarta, semua nilai-nilai dan aturan yang ada selalu di injak-injaknya. Â Padahal sejatinya politik dan kekuasaan adalah dua sisi yang sama-sama tidak bisa dipisahkan dalam upaya tercapainya pemimpin yang baik, sehingga tidak memanfaatkan kekuasaan sebagai alat untuk menindas dan menyengsarakan masyarakat.
Memilih sosok pemimpin yang peduli terhadap rakyat adalah salah satu kunci perbaikan Jakarta. Jangan mudah tertipu terhadap isu dan berita yang tersebar di social media, karena itu bagian dari bentuk kampanye hitam yang segaja disebar oleh kelompok yang mau memecah belah warga Jakarta.
Mari kita pilih pemimpin yang memang benar-benar peduli terhadap masyarakat menengah kebawah yang juga didukung banyak golongan, sehingga tercipta Jakarta yang tenang, damai dan sejahtera. Sehingga harapan- harapan warga Jakarta untuk menjadi masyarakat yang sejahtera bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H