Dari kemunduran, manusia mencoba untuk bangkit dan maju. Namun kini semuanya telah berbalik. Manusia dan peradaban semakin bobrok. Ada pihak-pihak tertentu yang ingin membawa manusia menuju jalan kehancuran. Betul dalam segi sains dan teknologi semakin maju. Namun sisi kemanusiaan justru semakin dikesampingkan. Terjadi penindasan di setiap sudut bumi. Begitu banyak rintihan dan jeritan, namun semua manusia menjadi tuli dan bisu, darah mengalir derasnya tapi semua penduduk bumi menutup matanya dan buta. Tak ada yang bergeming. Manusia hanya sesekali menolah dan kembali memalingkan pandangannya.
Seruan penuh harapan akan sosok penyelamat terjadi di seluruh penjuru dunia. Hampir setiap agama meyakini bahwa kelak akan datang sang juru selamat, baik agama semitik maupun agama  non- semitik. Hampir dalam setiap kitab nama sang penyelamat disebutkan dengan penamaan dan istilah yang berbeda namun bermakna satu.
Hal ini semakin memperjelas urgensi adanya sang juru selamat yang dinanti-nantikan oleh setiap umat manusia. Manusia kini tengah kehausan akan keadilan dan tidak ada manusia biasa yang mampu menghilangkan dahaga yang hampir mencekik ini, kecuali yang dinanti-nanti. Ia yang akan membawa manusia keluar dari huru-hara yang tak berkesudahan ini  menuju kedamaian dan keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H