Jalannya begitu super lambat, menyisakan lendir tipis di sepanjang yang ia tempuh. Jika sudah mengering lendir itu serupa garis keputih-putihan. Begitu yang saya ingat tentang moluska yang bikin jijik saya di masa kecil.
Lantaran bikin jijik, Aco --panggilan saya waktu kecil-- langsung ambil garam dapur. Saya manaburinya setelah melihat beberapa ekor siput memanjati dinding reyot rumah saya. Tak sampai setengah menit siput-siput itupun berjatuhan ke tanah yang lembab.
Siput inipun banyak saya temukan di rerimbunan pohon bambu di belakang rumah, serta di antara pohon pisang. Tapi paling sering siput ini berkeliaran di jamban di belakang rumah.
Dulu rumah saya di dekat persawahan. Siput banyak saya bantai ketika hujan telah berlalu. Pembantain yang hanya mengandalkan garam dapur. Sebiji garam sebesar butiran beras, seekor siput lewat.
Sekarang, setelah hujan kemarin di depan apartemen tempat tinggal saya di kawasan Kemayoran, Jakarta, saya menemukan siput sedang jalan lambat-lambat. Dari mana ia?
Saya tak langsung cari garam dapur. Yang saya lakukan langsung buka internet. Ternyata siput saat ini jadi komoditas ekspor dan mahal. Salah satu penemuan terbaru adalah lendir siput yang mampu membuat kulit lebih lembab atau lebih sehat. Senyawa kimia alami dalam lendir siput diklaim bagus untuk menghaluskan kulit.
Istilah kimia untuk lendir siput ini adalah helix aspersa muller glycoconjugates. Lendir ini digunakan siput sebagai pelindung kulitnya dari luka, bakteri dan kerusakan akibat sinar matahari. Jika begitu, lendir siput inipun sangat dibutuhkan oleh perusahaan kecantikan yang akan  dimanfaatkan  untuk melindungi kulit kita.
Tentu saja lendir siput ini dipadukan lagi dengan zat-zat lain seperti asam hialuronat, enzim glikoprotein, asam glikolat, peptida antimikroba, tembaga, proteoglikan dan elastin, sebagai enhancer kulit yang sudah ditambahkan ke produk kecantikan.
Pada pengobatan kuno ratusan tahun silam ada yang dikenal dengan sebutan krim siput. Penyembuhan penyakit kulit menggunakan lendir siput kali pertama digunakan oleh masyarakat Yunani kuno dan penuh dengan Hippocrates.
Para petani di Chili yang sering memaneng siput tanpa alat untuk kebutuhan ekspor ke Prancis, kebanyakan memiliki telapak tangan yang lebih halus lantaran selalu bersentuhan dengan lendir siput. Ini salah satu bukti bahwa lendir siput memiliki kandungan yang bisa menghaluskan kulit.
Tak hanya itu, lendir Siput pun meningkatkan produksi elastin dan kolagen dalam kultur sel. Namun, dilansir dari Fox News, belum ada percobaan jangka panjang atau penelitian mengenai sel kulit dengan produk lendir siput, karena produk ini termasuk produk kecantikan yang baru.