Ketika saya ke Makassar beberapa waktu lalu, saya tak pernah melewatkan nongkrong di warung kopi yang telah menjamur itu, bersama teman-teman lama. Di warung kopi itu, kami biasa menghabiskan ngobrol lama, tentang apa saja.
Waktu itu kami ngopi di Warkop Dottoro di depan Kodim Sungguminasa, Kabupaten Gowa.
Lagi asyik ngobrol, tiba-tiba ada orang yang berteriak  dari arah meja di sudut, "assauna dottoro!"
Sontak saya menoleh. Barusan lagi saya mendengar ungkapan "Assauna Dottoro" ini.
Rupanya orang itu baru saja menikmati tegukan terakhir kopi susunya.
Assauna dottoro, ungkapan ini adalah ekspresi rasa puas ketika berhasil meraih sesuatu, atau mendapat kenikmatan yang agak susah-susah dibahasakan.
Wah... enaknya, Dokter. Begitu kira-kira terjemahannya.
Tapi ini istilah lama, yang sekarang jarang lagi terdengar terlontar dari mulut orang-orang Makassar, jika meraih kesenangan. Saat menikmati rasa puas, sesungguhnya kita harus mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT.Â
Warkop Dottoro di depan Kodim Gowa. Ternyata orang yang bertariak itu singgah dan mampir di meja kami, sebab kami saling kenal. Dia teman lama saya juga. Jadi kami langsung akrab. Malah ini memindahkan gelaskopinya dari meja sudut ke meja kami.
Dan ia langsung menyatakan, sangat menikmati kopi susu di warkop itu. Apalagi seruputan terakhir, "assauna dottoro,'' ulangnya lagi.
"Alhamdulillah, assuluki uang mukaka sebentar," katanya dalam bahasa Indonesia campur makassar. Maksudnya uang muka dari proyek pemerintah yang sedang ia kerjakan uang mukanya cair nanti sore.