Di daerah atas bagian selatan provinsi Sulawesi Selatan, setelah menanam padi sambil menunggu masa panen, masyarakatnya banyak yang datang ke kota Makassar.Â
Mereka mencari pekerjaan pengisi waktu agar asap dapur tetap ngepul. Ada yang jadi tukang kayu dan banyak yang jadi kuli bangunan di berbagai proyek, baik pemerintah maupun swasta yang membangun kompleks perumahan.Â
Tapi itu dulu. Kini tinggal terhitung jari pagoyang itu, terlibas sama sarana transportasi rakyat bernama bentor singkatan dari becak motor. Terkini, di Makassar seolah-olah disesaki dengan ojol alias ojek online.
Saya mendapati banyak pagoyang di kota Batulicin ini ketika selepas subuh tadi saya jogging keliling kota. Bentuk becaknya tak sama dengan becak yang ada di Makassar yang sudah mulai langka itu.Â
Tapi rata-rata saya lihat becak di ibukota Kabupaten Tanah Bumbu ini, mirip-mirip sama becak yang ada di kota-kota pulau Jawa. Bagian depannya terbuka lebar, sehingga memudahkan penumpang naik ke becak itu.Â
Sementara becak di Makassar pintu naiknya hanya sepertiga bagian depan becak, sisi kiri dan kanan ada dindingnya sehingga merepotkan orang kalau ingin naik ke becak tersebut. Saya biasanya kalau naik becak di Makassar harus naik dengan cara melangkah mundur, mendahulukan punggung.
Yang jelas, sudah berhari-hari saya di Batulicin, saya belum menemukan kendaraan umum. Tak ada Gojek, Gocar, Grab apalagi Uber. Bus, Mikrolet dan oplet pun belum saya lihat. Walau untuk pergi-pergi, saya tak begitu susah, sebab ada teman yang bisa antar saya, pakai mobil Avansa kantor.
Saya berpikir, mungkin bagus juga saya memulai usaha ojol di sini.