Begitu RE train berhenti di Milano Centrale, stasiun kereta paling ramai di Milan, tak ada yang faham dengan kota mode ini.
Anak saya, Rifqi Nafiz, tak percaya diri. Ia mengaku belum pernah ke negara Italia ini. Bahasa Inggris dan Jerman yang ia kuasai, masih ragu-ragu ia pakai berkomunikasi kepada orang-orang Italia yang ia temui. Sepertinya orang Italia enggan berkomunikasi menggunakan bahasa inggris, namun tak seenggan orang-orang Prancis. Mereka begitu membanggakan bahasanya. Kita susah payah bertanya dalam bahasa Inggris, mereka menjawab dengan gelengan kepala, tak mengerti. Di Italia ini masih mending, masih welcome berkomunikasi dengan para pelancong, walau dengan jawaban Inggris yang terbata-bata.
Saya pernah ke Milan tahun 2010 lalu. Tiga hari lamanya saya di sini. Saya ikut tur waktu itu. Ada guide yang mengatur segalanya. Jadi tak ada masalah, tinggal ikuti saja, kemana tour guide mengarahkan.
Tapi sekarang, segala sesuatunya saya serahkan ke anak saya. Artinya, saya juga tak faham, hahaha...
Untung sudah booking hotel. Walau tak tahu di mana lokasinya.
Ia bingung.
ZT - Milan, 11 Desember 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H