Kerinduan itu membuncah ketika saya bertandang di tempat kelahiran saya  di sebuah kampung kecil bernama Mangasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Kerinduan akan nikmatnya dua mangkuk coto hati limpa jantung dan tiga biji ketupat daun pandan.
Cota Makassar, yah, boleh dibilang di Warung Coto Sunggu yang terletak di Gowa inilah cikal bakalnya. Warung ini adalah salah satu perintis masakan khas  Coto Makassar, yang hingga kini masih tetap eksis dengan racikan yang masih asli, dan tempat masaknya yang masih tetap mempertahankan cara lama.
Singgah di Coto Sunggu ketika mengunjungi Kabupaten Gowa atau jika kita berada di Kota Makassar adalah sebuah keharusan, jika ingin betul-betul menikmati Coto Makassar dengan cita rasa yang masih asli sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Racikan dan bumbu-bumbunya belum dimodifikasi seperti banyak penjual coto yang bertebaran di daerah itu.
Hanya di Coto Sunggu, sekitar lima petak rumah dari rumah orang tua saya. Sebuah tempat yang padat dengan cerita masa kecil dan masa remaja saya. Sebuah kampung yang terlanjur manis untuk dilupakan.
Menikmati Coto Sunggu bagi saya, sama halnya menapaktilasi masa lalu saya lengkap dengan suka dan kegetirannya. Dan, yang saya mau bilang, orang makassar seperti saya ini, dalam semangkuk Coto Sunggu, selalu ada semangat yang tak pernah redup.
ZT - Plaza Indonesia, 4 Maret 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI