Dilan 1990, bagus. Saya nonton, sendirian. Tak ada yang temanin. Tersenyum sendiri di antara pasangan di sekitar saya. Mantap.
Menunggu Dilan 1991. Serius. Sungguh!
Tak ada gunanya saran Fauzan Mukrim, teman saya yang wartawan itu yang tiba belakangan. "Kalau ditonton berdua, pasti lebih mantap, Bang," katanya disertai emoticon ketawa.
"Jangan! Waktu kayak Dilan, sayabbelum punya cewek. Hahaha..." timpal saya sambil terbahak sejenak.
"Hahaha. Lain yang diingat berarti ya, Bang? #ups," sindirnya.
"Ssssstt!!" Saya mati kutu.
Tapi...
Tiba-tiba saja istri saya mengajak nonton Dilan. Padahal saya tahu, ia tak begitu tertarik nonton film dalam negeri. Sejak dulu ia begitu. Kali ini malah ia sedikit memaksa.Â
Perlukah Dilan saya tonton ulang?
Saya searching di medsos, ternyata penontonnya sudah hampir enam juta. Wow, hebat!
Bagi saya sendiri, nonton Dilan cukup sekali. Tapi, ini istri yang ngajak!