Mohon tunggu...
Zainal Partao
Zainal Partao Mohon Tunggu... profesional -

Kini sedang terbakar oleh semangatnya sebagai Konsultan Online buat small business owner yang ingin bisnisnya tumbuh lebih cepat atau membangun kembali bisnisnya yang pernah gagal. Pikiran-pikiran Zainal Partao yang Alumni MM UGM Yogyakarta. ini dapat Anda temukan di webblognya www.garansi-laku.com dan www.terapiniche.com dan www.ulungmenjual.blogspot.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Money

Spiritual Lobbying – Lobi Putih Jauh dari Manipulasi dan Kemaksiatan, Mungkinkah?

18 November 2011   14:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila bicara tentang lobi maka ingatan, persepsi, kesan atau reaksi yang muncul pada sebagian orang adalah praktek-praktek bisnis dan politik tidak sehat yaitu kegiatan yang menghalalkan segala cara untuk bisa mencapai tujuannya.Tapi apakah memang harus demikian kenyataannya? Persepsi negatif tersebut seharusnya kita ubah dan kita perbaiki.

Mari kita memperbaiki diri.Pertama, jangan selalu berpikiran negatif.Kedua, jauhkan diri kita dari berkata-kata atau bertindak yang dapat dinilai negatif oleh orang lain.Sebaliknya, hendaknya kehadiran kita selalu menjadi berkah atau berkat buat orang lain.Pun ketika kita tengah melakukan lobi.

***

Spiritual Lobbying

Di sini kita akan mendiskusikan praktek lobi yang sehat.Spiritual Lobbying.Alasannya:

1.Bangsa dan negara kita ini jatuh terpuruk, rakyatnya banyak yang sengsara antara lain karena banyaknya praktek bisnis dan politik yang tidak sehat.Salah satu penyebabnya adalah karena adanya praktek-praktek lobi hitam yaitu lobi yang mengandung kegiatan suap-menyuap, manipulasi, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, termasuk perbuatan maksiat lainnya.

2.Kita bisa kok sukses dengan cara melakukan praktek lobi yang benar tanpa harus mendobrak etika, moral dan agama. Untuk mempengaruhi pengambil keputusan, untuk mengambil hati dan memenangkan dukungan politik orang yang kita lobi – siapa pun dia – atau untuk mendapatkan persetujuan (deal) bisnis, misalnya, kita tidak harus menggunakan uang sogokan dan perbuatan maksiat kok.

Tapi terus terang ini tidak mudah. Apalagi gaya hidup hedonis tengah mewabah di petinggi-petinggi kita (*). Ini yang saat ini lagi hangat-hangatnya menjadi pemberitaan di media masa kita baik cetak, elektronik maupun internet.Masyarakat awam menduga, dari mana dapat uang untuk melampiaskan gaya hidup hedonis tersebut jika bukan dari praktek-praktek bisnis dan politik yang melibatkan lobi hitam tadi.

Tapi tulisan ini tidak bermaksud menyoroti polemik tentang gaya hidup hedonis petinggi kita.Biarlah mereka ramai sendiri.

***

Yang Pertama

Praktek lobi hitam memang bukan mutlak menjadi ciri dan kebiasaan bangsa kita.Rasanya di seluruh dunia ada yang mempraktekkan hal itu.Karena itu di negara-negara maju ada aturan-aturan yang mengatur bagaimana melakukan praktek lobi yang etis dan tidak melanggar hukum.Tapi di sana tidak ada yang mendiskusikan soal spiritual lobbying, praktek lobi yangmengandung nilai-nilai spiritual.Baru di Kompasiana inilah ada istilah spiritual lobbying ini.Dan tulisan yang Anda baca inilah yang pertama membahas soal itu.

***

Kita semua memang cenderung permisif terhadap praktek-praktek lobi negatif demikian. Seperti yang sudah sering jadi omongan, ketika seseorang bekerja di tempat yang basah (penuh kesempatan melakukan penyalahgunaan wewenang untuk memperkaya diri), dia justru mendapatkan banyak ucapan selamat.

Mempraktekkan lobi yang mengandung kemaksiatan (melibatkan unsur sex di dalamnya), justru menjadi kebanggaan tersendiri, dan bukan aib untuk menceritakannya kepada orang lain.

Agak menyimpang sedikit, rasa ingin tahu kita tentang dunia yang mengandung kemaksiatan pun sangat tinggi.Itu pula mungkin yang menjadi alasan mengapa unsur-unsur yang berbau sex menjadi mudah untuk dijadikan alat untuk membangun kedekatan dengan orang lain, termasuk juga ketika digunakan untuk mempengaruhi orang lain.Mempengaruhi target lobi salah satunya.

Dan jika kita perhatikan, tulisan-tulisan di Kompasiana ini pun jika ada pembahasan yang menyerempet-nyerempet sedikit ke sex akan mendapatkan jumlah pembaca yang tinggi.

***

Santun dan Penuh Hormat

Mohon maaf, udah melantur ke mana-mana. Mari kembali ke topik kita. Yang menjadi pertanyaan, mungkinkah lobi tanpa melibatkan kegiatan yang berbau maksiat dan melanggar etika, moral dan agama?Pertanyaan berikutnya, seperti apakah spiritual lobbying itu?

Lobi tetap bisa dilakukan denganpenuh kedewasaan dan memperhatikan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai etika, moral dan agama. Caranya, lobilah target Anda, apakah itu petinggi-petinggi pemerintahan (legislatif, eksekutif dan judikatif), atau prospect Anda (calon customer atau calon client) dan sebagainya dengan prinsip, filosofi dan semangat mempengaruhi secara SANTUN dan PENUH HORMAT.

*

Sebaliknya, jika kita sebagai orang yang dilobi, layani pula orang yang melobi dengan cara yang sama.Jangan minta yang aneh-aneh.

*

Untuk menguji apakah lobi kita adalah spiritual lobbying atau bukan, jika kita memposisikan diri sebagai target lobi (orang yang dilobi), beranikah kita menceritakannya ke suami, istri atau ke putra dan putri kita bahwa kita tadi sudah melayani seseorang dengan cara melayani dan membantunya dengan penuh hormat dan santun? Beranikah kita untuk – dengan tulus – berkata pada seluruh anggota keluarga kita, itu semua dilakukan karena semata-mata sebagai bagian dari pelaksanaan tugas kita yang diberikan Tuhan ketika kita masih di dunia ini (dan karena itu, kita menasihatinya: jika ada anggota keluarga kita yang melayani dan membantu orang lain harus melakukan hal yang sama)?

Jadi, prinsipnya di sini adalah pengaruhilah target lobi kita dengan cara memperlakukannya, melayaninya, seperti halnya ketika kita (Anda dan saya) ingin dilayani dengan santun dan diperlakukan dengan penuh hormat.

Entertein

Aktivitas lobi memang tidak bisa jauh dari kegiatan entertein (entertain/menghibur dan menyenangkan orang lain).Tapi kegiatan entertein yang kita berikan tidak harus berhubungan dengan kemaksiatan, atau kegiatan yang bisa memabukkan atau kegiatan-kegiatan yang melanggar normal-norma ketimuran dan norma-norma agama lainnya.

Jika Anda beranggapan entertein untuk lobi harus ada unsur maksiat (sex), kegiatan yang bisa memabukkan (minum alkohol) dan sebagainya, termasuk adanya suap, manipulasi dan sebagainya, maka yang salah bukan lobinya.Kegiatan lobi tetap selalu positif.Yang salah adalah orang yang mau melakukannya, atau orang yang mau membuat orang lain mau melakukannya.

Di balik praktek-praktek kegiatan lobi yang ada selama ini ada juga kok kegiatan-kegiatan yang membuat lobi itu lobi yang positif.Contohnya, acara penggalangan dana untuk tujuan kemanusiaan (program bazar, charity & philantropy) juga membutuhkan lobi di situ.Nyatanya, terbukti banyak yang sukses.Padahal di situ tidak ada suap menyuap apalagi kegiatan yang berbau maksiat dan memabukkan.

Bagaimana pendapat Anda?

Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa itu lobi, bagaimana lobi yang positif dan mengandung nilai-nilai spiritual itu, Anda bisa membacanya di blog pribadi saya.

Semoga berkenan.

Zainal Abidin Partao

(*) Catatan tengah: Mudah-mudahan enggak jadi trend dan diikuti banyak orang, ya?

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun