Jatuhnya kerajaan Israel dari Asyiria membuat bangsa Yahudi bertebaran ke seluruh dunia. Sebagian dari mereka juga dipaksa menjadi budak di negeri Babilonia. Pada sekitaran tahun 500-an SM, bangsa Cyrus (Persia) berhasil mengalahkan bangsa Babilonia dan menduduki wilayah Palestina. Sejak saat itu beberapa Bangsa Yahudi kembali ke negeri mereka.
Pada saat itu, raja Persia sangat terbuka atas kepercayaan yang dianut bangsa Yahudi. Akan tetapi tetap saja bangsa Yahudi menunjukkan sisi kebengisan mereka. Sehingga tatkala Persia ditaklukkan oleh Raja Alexander the Great pada tahun  330 SM, bergembiralah mereka. Kemudian pada tahun 63 SM, Yerussalem diserbu oleh pasukan Roma setelah sebelumnya telah mengintai kawasan Palestina. Pihak Yahudi merespon dengan mengadakan pemberontakan sehingga pada tahun 70 M Yerussalem untuk kedua kalinya digempur oleh pasukan Roma. Penyerangan ini menghanguskan bangunan-bangunan bersejarah milik orang Yahudi. Penyerangan ini juga pada akhirnya membuat orang-orang Yahudi melakukan eksodus (pelarian) untuk kedua kalinya menuju wilayah Mesir, Afrika Utara, Spanyol, dan sebagian Eropa.
Hidup berpencar di negeri bangsa lain tetap tidak mengubah sifat dan karakter mereka. Walaupun menjadi bangsa minoritas di negeri orang, mereka tetap teguh dengan prinsip mengucilkan diri dari bangsa lain. Mereka diibaratkan tamu yang membosankan. Kehadiran mereka tidak lain hanya membuat yang punya rumah merasa diremehkan. Selain itu tidak jarang mereka justru membuat perkampungan kumuh dan menimbulkan lingkungan yang negatif. Tidak mau membaur dengan komunitas lain membuat mereka dibenci oleh masyarakat lokal sendiri.
Jika kita kembali menilik perjalanan hidup Bangsa Yahudi ketika di Mesir, rasa-rasanya sangat wajar apabila Fir'aun saat itu sangat geram dengan mereka. Dr. Abdul Mu'iz Nasr mengatakan bahwa penguasa Mesir saat itu tidak sudi atas keberadaan Yahudi karena mereka  datang ke Mesir bukanlah untuk membaur dan berasimilasi dengan penduduk setempat, melainkan hanya untuk memulihkan diri dan menghimpun kekuatan ekonomi yang merugikan penduduk Mesir. Sifat orang-orang Yahudi juga cenderung akan memihak musuh negara yang mereka tempati. Hal ini bisa kita lihat tatkala orang-orang Yahudi Madinah justru banyak membantu kafir Quraisy dalam memenangkan peperangan melawan pasukan Muslim.
Hal inilah yang juga terjadi pada pasukan Jerman dengan orang-orang Yahudi pada Perang Dunia I. Negara Jerman saat itu menjadi salah satu negara eropa yang menampung orang-orang Yahudi. Bukannya berterimakasih atas perilaku yang diterima, mereka justru bersekutu dengan pasukan Rusia bahkan menjadi mata-mata mereka. Hitler yang saat itu telah lama melihat kemunafikan bangsa Yahudi akhirnya menyatakan gerakan pembasmian etnis Yahudi yang tercatat setidaknya membunuh hampir 6 juta orang Yahudi. Terlepas dari tindakan yang telah dilakukan Yahudi, pembasmian etnis yang dilakukan Jerman tentu tidaak dapat dibenarkan.
Bukanlah namanya orang Yahudi jikalau tidak bisa memainkan lakon untuk menarik dukungan dunia kepada mereka. Orang-orang Yahudi menggambarkan diri kepada dunia bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang teraniaya dan terdzhalimi. Padahal tidak lain penderitaan yang mereka dapatkan tidak lain karena perilaku mereka sendiri. Orang-orang Yahudi secara perlahan benar-benar meminta dukungan agar diberikan wilayah yang akan dijadikan sebagai tempat untuk kembali. Negara yang merasa dirugikan akan kehadiran mereka tentu mendukung keinginan bangsa Yahudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H