Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menyukai segala apa yang disebut kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masjid Ibnu Batutah Puja Mandala di Bali

29 Juni 2013   10:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:15 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menemani siswa wisata berlibur ke Bali dan Jawa selama seminggu dengan perjalanan darat dan laut sungguh sangat melelahkan namun memberi pengalaman makna kebersamaan. Dengan dua bus, saya dan rombongan yang terdiri dari tujuh guru pendamping dan enam puluh satu siswa berangkat dari Bandar Lampung. Perjalanan selama dua hari dua malam yang diselingi dengan “ishoma” langsung menuju pulau Bali dan dilanjutkan kunjungan ke Yogyakarta dan terakhir mengunjungi Candi Borobudur di Magelang. Sampai di Bali, rombongan kami didampingi dengan dua pemandu wisata. Bus yang saya naiki berserta rombongan didampingi “mbok” (sapaan untuk pemandu putri) yang “jegek meketek-ketek” [“cantik sekali” :-)].  Salah satu situs “wisata” yang unik bagi saya di Bali adalah Puja Mandala. Sebuah situs dimana tempat ibadah dari lima agama dibangun secara berdampingan, yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Mungkinkah ini satu-satunya situs unik di dunia?

Masjid Ibnu Batutah, Puja Mandala di Bali (Sumber: dikumentasi pribadi)

Mbok Intan berkata kepada saya, “Masyarakat Bali dikenal ramah dan sangat  menghormati setiap pemeluk agama”. Saya juga berkomentar,”Iya, dan siapakah yang bisa memaksa keyakinan sertiap orang? Bagi saya agama adalah input, dan output atau produknya itulah yang penting. Mungkin saya bisa berkata Mbok Intan ini Islami perilakunya, atau mungkin Mbok Intan bisa berkata bahwa saya  hinduis sekali perilakunya.”

137247313465580162
137247313465580162

Saya dengan pemandu wisata, Intan (Sumber: dokumen pribadi)

Nama masjid di situs Puja Mandala adalah Ibnu Batutah. Ia adalah pengembara dari Maroko. Ternyata masjid itu bukan sekedar tempat “wisata”, ia benar-benar sebuah masjid untuk beribadah. Mangabdi kepada Tuhan. Dan, tentu Tuhanlah yang akan menilai pengabdian dari makhluk-makhluk-Nya. Cahaya Tuhan melampaui batas-batas jagat raya dengan segala isinya yang memantul pada makhluk-makhluk-Nya. Yang memberi energi makhluk-makhlukNya.

13724750632131416098
13724750632131416098

Ibnu Batutah (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Batutah)

Berapa energi yang keluar dari rombongan saya pergi pulang Bandar Lampung – Jawa – Bali. Berapa bahan bakar minyak - solar -  yang digunakan di bus?, energi penumpangnya 61 siswa, 7 guru, 4 sopir, 2 tour leader. Berapa energinya? Bila energi itu 10 %  saja dikonversi menjadi energi cahaya maka ada berapa joule-kah energi cahayanya?

Seorang teman saya pernah bilang pada saya bahwa nanti di akhirat manusia dalam menuju Tuhannya itu dalam keadaan gelap gulita. Ia memerlukan cahaya dalam perjalannya, seperti cahaya bulan purnama.

Semoga dalam setiap perjalanan kita dapat menemukan berkas-berkas cahaya.

----

Bandar Lampung, 29 Juni 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun