Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menyukai segala apa yang disebut kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kado untuk Guru pada Hari Guru Nasional 2014

25 November 2014   14:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:55 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416874989352784494

Kepengasuhan (“tarbiyah”) merupakan hal paling mendasar dalam mendidik anak. Jika sikap dan perilaku kepengasuhan telah menyatu dalam diri guru sebagai pendidik maka seluruh proses pendidikan akan mengalir dan bermuara dari nilai-nilai kepengasuhan itu.

Pendidikan harus dimulai dari berkehendak untuk membaca (iqro’, ‘alimul ghoib) dan berpikir, kemudian dilalui dengankepengasuhan yang  penuh kasih (rahman) dan sayang (rahim), untuk menumbuhkan manusia yang siap bekerja keras agar fungsi kekhalifahannya maksimal.

Munif Chatib, penulis buku Sekolahnya Manusia dan Gurunya Manusia, menyatakan bahwa seorang pendidik sesungguhnya membawa lima bingkisan yang dibawa oleh setiap anak. Pertama, bingkisan bintang. Setipa anak adalah bintang juara yang menyinari dunia sekelilingnya. Sebagai pendidik jangan biarkan sinarnya redup. Apalagi menghalangi dengan gumpalan-gumpalan mendung ciptaan kita, berpa persepsi negatif kita pada anak, misalnya “anak nakal” atau “anak bandel”. Gantilah persepsi itu dengan “anak hebat” atau “anak juara” dan yakini itu. Maka anak-anak kita pun akan menjadi bintang.

Kedua, adalah samudera. Kemampuan anak seluas samudera. Tidak hanya kemampuan kognitif saja, tetapi juga kemampuan afektif dan psikmotorik. Sebagai pendidik tidak selayaknya mempersempit kemampuan luas samudera anak menjadi “parit kecil”; kognitif saja.

Ketiga, yakni harta karun. Setiap anak memiliki harta karun; kemampuan terpendam, yakni kemampuan majemuk (multiple intelligences) sehingga tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah hambatan dari dalam diri anak-anak karena pemberian stimulus yang tidak tepat. Sebagai pendidik, perlu untuk memberikan stimulus yang tepat agar kecerdasan anak dapat dieksplorasi.

Keempat, yaitu penyelam (discovering ability). Kalau kita percaya bahwa anak adalah samudera dan harta karun ada di dalamnya, maka seorang pendidik harus menjadi seorang penyelam untuk menemukannya. Penyelam dengan kepekaan akan memberiapresiasi bermakna kepada anak, sekecil apapun kebaikan itu.

Anak-anak adalah makhluk terbaik Tuhan (sumber: dokumentasi pribadi)

Dan, kelima, yaitu bakat. Bakat terbangun dari rasa suka. Bisa jadi itu yang akan mengantarkannya mampu berkarya dan mengatasi masalah (problem solving). Namun tidak semua rasa suka adalah bakat. Seorang pendidik perlu mecermati dan mendukung bakat anak-anak.

Jika kelima bingkisan itu dapat terbuka maka kita akan dapatkan anak-anak yang tumbuh menjadi masperpiece; karya agung Tuhan.

Semua anak sesungguhnya “bingkisan” langsung dari Tuhan sebagai makhluk ciptaan terbaik (ahsan at-taqwim) Tuhan. Anak-anak yangtumbuh dan berkembang menuju makhluk terbaik melalui kepengasuhan, kasih dan sayang, sehingga memeliki kewenangan untuk mengelola dunia. Pahala apa bagi mereka yang melakukan kerja keras untuk semua itu?

----

Gedong Tataan, Pesawaran, 25 November 2014; 5:43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun