Pohon pohon di atasku sangatlah besar
Udaranya sejuk
Aku hidup dengan tiga saudaraku dia adalah
Lahir dalam ibu kandung ku yang sudah
Tidak ada, entah kemana.
Aku dan saudaraku dirumah kecil-kecil
Berbentuk kamar yang berceceran.
Lahan kosong runtuhan bangunan yang lama
Banyak debu dan bata tak teratur.
Aku tidur di bawah pohon mangga, ayam-ayam melihatku...
Dia menatapku dengan tatapan tajam karena kelaparan..
Saudara ku tidur di  latar dibawah amben dengan melungker wajahnya manis.
Yang satunya lagi dia di dekat kamar mandi ...dia selalu di situ berharap makanan ada di sampah, setiap manusia pasti membuang sisa-sisa makanan disitu.
Dia menunggu dengan rasa kelaparan..
Suara anak kos yang cepreng  memanggil diri...
Pusss...puss..puss..
Aku melihat tangannya yang tidak bawa apa-apa...
Bajingan kau manusia...kau terlalu foya-foya dalam kehidupan ini...
Kau sesama makhluk tidak saling mencintai pada sesama...
Saudaraku berkata :sudah lah kau itu ngomong percuma...dia itu manusia kamu mana ada dia paham...
Kecuali dirimu jadi manusia hahaha
Wajahnya yang buram dan lemas tidak makan 2 hari...
Dengan jalan sambil sempoyongan..
Manusia hanya lewat  dengan wajah bodoh amat...
Puss ...pus...pus...
Hanya memanggil tanpa kasih makan ...
Sepuluh  kamar kos-kos an yang sudah ta layak pakai...masih ada penghuninya...
Ada seorang bakul mie ayam membawa ember ke tempat sampah...
Membuang sisa makanan... langsung aku panggil dan lari aku...
Saudara-saudara ini makanan datang....
Cepat...
Cepat...
Lap...eng...eng...eng...
Enak sekali...
Syukur lah bisa makan...
Eng enk...
Iya saudaraku....
Kita bisa makan...yang penting perut kita terisi...
Zainal
Yogyakarta, 27 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H