Beberapa saat yang lalu, secara tak sengaja penulis membaca running text di sebuah tayangan TV berbunyi : "Petugas menangkap ... kilo liter solar selundupan dari Malaysia".
Tentu saja timbul pertanyaan dalam hati, kok telah berpuluh tahun BBM diselundupkan dari Indonesia ke Luar Negeri (termasuk ke Malaysia) kenapa sekarang terbalik? Tentulah ini bisa jadi karena perbedaan harga yang signifikan. Biasanya BBM kita disubsidi sehingga harganya lebih murah dari di luar Negeri sehingga sering diselundupkan ke luar Negeri, seperti sering di ungkapkan pejabat dulu. Apakah harga BBM di luar negeri saat ini lebih rendah dan perbedaan begitu tajam sehingga menggoda orang untuk menyelundupkan ke dalam negeri?
Tak berapa lama di siaran TV yang sama terbaca lagi running text: "Harga minyak mentah di Asia saat ini US$ 28 per barel. Nah ini makin membuat penulis penasaran. Bukankah penulis pernah menulis karangan di Kompasiana ini lk seminggu lalu dengan judul: "Shale Oil Membuat Harga Minyak Tinggi Tinggal Sejarah" dan sepertinya prediksi penulis makin menjadi kenyataan.
Kedua running text tersebut membuat penulis mencari tahu berapa sesungguhnya harga BBM di Malaysia. Dan untuk hari ini, penulis mendapatkan sebagai berikut:
BBM RON 95 berharga RM (Ringgit Malaysia) 1,85 per liter . BBM RON 97 berharga RM 2,25 per liter dan Diesel Fuel (solar) RM 1,60 per liter. Semua harga ditambah pajak PPN 6%.
Dengan kurs RM hari ini 1 RM = 3.176.27 maka penulis hitung kedalam rupiah ditambah 6% pajak dan mendapatkan:
Harga RON 95 (setara pertamax plus) adalah Rp 6.229 per liter. Jadi lebih murah dari harga Premium di Indonesia yang Rp 7.050 per liter. Harga RON 97 (tak dijual Pertamina) adalah Rp 7.575 per liter. Sedangkan harga solar (Diesel fuel) adalah Rp 5.387 per liter.
Jadi sangat jelas harga BBM dalam negeri sudah sangat mahal dibandingkan di Malaysia (Luar Negeri) sehingga menggoda orang untuk menyelundupkan BBM dari luar ke dalam negeri.
Anehnya SPBU milik asing (Shell dan Petronas) di Indonesia juga tak mengikuti penurunan harga sesuai harga minyak dunia. Mereka ikut menikmati keuntungan besar dari pembeli di Indonesia karena mereka cuma mematok BBM dengan harga yang berimbang dengan harga Pertamina. Karena Pertamina ambil untung besar, Shell dan Petronas juga dapat rejeki nomplok khususnya di Indonesia.
Kita cuma bisa berharap Pertamina dan Pemerintah dalam menentukan harga jual BBM lebih rasional, toh bisa dihitung sebenarnya berapa modal dan harga jual yang layak. Kapan rakyat bisa ikut menikmati harga minyak murah? Kalau dulu dikeluhkan subsidi besar untuk BBM, sekarang seakan rakyat mensubsidi Pertamina dalam harga yang tinggi. Bahkan jadinya seakan rakyat mensubsidi Shell dan Petronas.
Semoga bermanfaat, salam.