Jika di daerah lain sempat santer terdengar panasnya hubungan Sunni dan Syiah, maka lain halnya dengan yang terjadi di Bumi Kartini, Jepara. Keberadaan penganut Syiah yang terang-terangan tidak lantas menimbulkan perpecahan. Sebutlah Candi, sebuah dukuh yang terletak di Desa Banjaran, Kecamatan Bangsri, salah satu potret nyata harmonisme dua golongan Islam.
Didominasi oleh penganut Islam Sunni tak lantas membuat golongan Syiah tersingkir keberadaannya. Jumlah pengikut Syiah sebanyak 100-150 KK pada tahun 2015, dan diperkirakan sudah bertambah itu hidup damai berdampingan dengan mayoritas. Representasi toleransi antarmazhab tersebut dapat disaksikan dalam keberadaan masjid dan mushola yang terletak berdekatan.
Masjid Mbah Muhammad Arif yang didirikan Sunni dan Musala Al-Husaini milik Syiah hanya dipisahkan oleh jarak <100 meter. Kendati demikian, tidak pernah ada konflik yang mempermasalahkan keberadaan satu sama lain. Mereka memandang bahwa perbedaan adalah rahmat Allah, dan tidak boleh dijadikan dasar untuk membunyikan genderang permusuhan.
"Perbedaan bagi saya itu rahmat, jadi tidak ada istilahnya perbedaan pendapat dijadikan polemik antar-tetangga antarorang beragama, karena Rasulullah tidak mengajarkan seperti itu," ujar Bunyamin, tokoh Nahdatul Ulama Banjaran saat disambangi di kediamannya, Rabu (27/7).
Perbedaan Mazhab Bukan Sekat Menjadi Akrab
Harmonisme tak hanya tercermin dari keberadaan dua bangunan ibadah yang berdekatan. Keeratan silaturahmi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menjelma dalam kegiatan yang sering diselenggarakan bersama. Maulid nabi, Isra Mi'raj, hajatan, kematian, hingga acara desa dilaksanakan dengan saling mengundang satu sama lain tak lagi jadi hal asing.
"Alhamdulillah baik-baik saja untuk saat ini dan semoga selamanya, ini bisa terlihat ketika kita ada acara mereka mau hadir dan ketika kita diundang, kita juga hadir. Ketika ada orang meninggal, entah Sunni atau Syiah yang meninggal ndak pernah mereka membedakan," tutur Khadijah, tokoh Syiah Candi saat dimintai keterangan perihal sikap masyarakat Sunni terhadap Syiah, Kamis (28/8).
"Kerja bakti juga ndak membedakan yang butuh bantuan siapa, nggak, semua saling membantu. Nah, itu sangat terlihat sampai kumpulan-kumpulan juga banyak yang anggotanya Sunni sama Syiah," tambahnya.
Hingga kini, nyaris tak pernah ada penolakan terang-terangan terhadap eksistensi paham Syiah di sana. Berbeda dengan tempat lain, masyarakat Syiah Candi tak perlu sembunyi-sembunyi akan kepercayaannya. Pasalnya, masyarakat meyakini kelapangan hati dalam menerima perbedaan menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi tentram dan damai.