Apa yang ada dalam pikiran kita jika ada yang menanyakan tentang kota jogja?dengan spontan pasti kita akan menjawab kota jogja adalah kota bakpia dan gudeg. Padahal jika kita ingin mengetahui secara mendalam kota ini menyimpan banyak keunikan dan kehebatan yang lain selain daripada hal kecil bakpia dan gudeg. namun di balik kehebatan dan keunikan yang dimiliki. Ada tersimpan keunikan lain yang membuat orang kebanyakan merasa gerah. Apa itu? Parkir, ya parkir kota ini mempunyai predikat baru yaitu "kota parkir".
Jika kita punya rencana mengunjungi kota ini dengan menggunakan kendaraan sendiri, disamping harus memersiapkan biaya untuk penginapan adapula biaya wajib yang harus kita persiapkan. Yaitu biaya parkir sudah menjadi kewajiban yang harus kita penuhi untuk kelancaran kita berlibur di kota ini. Hampir disetiap sudut dari kota ini kita akan menemui orang yang berseragam oranye. Namun sangat di sayangkan itu bukan De Oranje it julukan dari tim belanda yang sedang berlibur. Melainkan itu adalah tim dari "Jukir" atau Juru Parkir yang sedang menghadang kedatangan supporter tim Panser yang sudah mengalahkan tim kesayangan mereka untuk minta uang ganti rugi sebesar dua ribu rupiah. "wow,..cukup mahal bukan untuk ukuran tarif roda dua yang berlaku diseluruh wilayah indonesia.
inilah yang pasti kita temui hampir disetiap sudut kota yang berjulukan Kuthone Aman Berhati Nyaman. bahkan tim oranye ini sudah menginvasi ke wilayah territorial obyek vital seperti tempat peribadatan dan fasilitas publik lainnya seperti ATM dan lainnya. padahal yang sifatnya ditinggalkan sementara oleh si empunya. Ironinya fenomena kegiatan seperti ini seakan mendapatkan pembiaran dari pemerintah setempat untuk tetap dan terus mengibarkan bendera kemerdekaan. Atau barangkali pemerintah setempat memegang teguh prisnsip EGP dan DL istilah yang sering dipakai oleh anak-anak remaja sekarang Emang Gue Pikirin dan Derita LOe.
Memang benar adanya dengan menganut  prinsip seperti itu pastinya pemerintah akan terhindar dari amukan masa berkaos oranye. Akan tetapi disatu sisi citra positif pemerintah akan tercoreng bahkan lama kelamaan akan mengurangi interest wisatawan untuk berwisata ke kota yang berperidkat sebagai kota pelajar ini. Dan apakah proses ini merupakan salah satu upaya pemerintah kota jogja demi mengurangi tingkat pengangguran dan angka kemiskinan???...  apakah di kota pelajar ini tidak ada lagi orang yang mampu berpikir untuk mencarikan solusi atas kericuhan sang "oranye"?
Akankah kota yogyakarta akan terlahir baru dengan nama "Kota Parkir". selamat untuk pemerintah setempat atas sikap pembiarannya terhadap hal yang bersifat liar seperti ini. inikah bentuk implementasi tepa selira mulat sarira mikul dhuwur mendem jero? Jika ya, selamat kami ucapkan kepada pemerintah setempat atas penyimpangan makna sesungguhnya dari ajaran kebajikan para leluhur.
RAHAYU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H