Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang akan diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara pada tahun 2024 menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi. Beberapa masalah yang muncul, termasuk kerusakan pada venue dan kontroversi mengenai fasilitas serta konsumsi atlet, telah menjadi perhatian publik. Venue-venue penting seperti Lapangan Menembak dan GOR Basket mengalami kerusakan serius akibat cuaca buruk, sementara kualitas makanan yang disediakan untuk para atlet dinilai kurang memadai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan Aceh sebagai tuan rumah PON yang seharusnya menjadi ajang prestisius bagi para atlet Indonesia.
Kerusakan pada fasilitas olahraga menjadi isu utama yang harus segera ditangani oleh panitia penyelenggara. Dengan waktu yang semakin mendekat, upaya perbaikan dan pemeliharaan venue harus dilakukan secara cepat dan efisien. Selain itu, kualitas konsumsi yang buruk dapat mempengaruhi performa atlet, sehingga perlu ada perhatian khusus untuk memastikan bahwa semua kebutuhan nutrisi para atlet terpenuhi dengan baik.
Dalam konteks ini, jejak sejarah Malikussaleh, pendiri Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13, memberikan inspirasi penting. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Islam pertama di Indonesia dan memainkan peran kunci dalam perdagangan internasional pada masanya. Malikussaleh tidak hanya dikenal karena kepemimpinannya yang bijaksana, tetapi juga karena kemampuannya dalam membangun kolaborasi antara berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.
Makam Malikussaleh yang terletak di Aceh Utara menjadi simbol kejayaan dan kebangkitan peradaban Aceh. Nilai-nilai cinta damai dan kerja sama yang diajarkan oleh Malikussaleh seharusnya menjadi teladan bagi panitia penyelenggara PON. Dalam menghadapi tantangan saat ini, semangat kolaborasi dan komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para atlet dan masyarakat harus dijunjung tinggi.
Dengan mengingat sejarah Malikussaleh, diharapkan penyelenggaraan PON Aceh 2024 dapat berjalan dengan lebih baik. Semua pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat, harus bersatu padu untuk menciptakan suasana yang mendukung bagi para atlet. Kerjasama antara berbagai sektor dalam masyarakat dapat memperkuat kesiapan Aceh sebagai tuan rumah, sekaligus menghormati warisan sejarah yang telah dibangun oleh pendahulu kita.
Melalui semangat kebersamaan dan dedikasi untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan PON, Aceh dapat menunjukkan kepada seluruh Indonesia bahwa mereka siap untuk menyambut acara olahraga terbesar di tanah air dengan bangga dan sukses.
Penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumatara 2024 memerlukan upaya yang gigih dan koordinatif dari semua pihak. Melalui inspirasi dari jejak sejarah Malikussaleh, kami harapkan bahwa semangat cinta damai dan kerja sama dapat membawa keberhasilan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Dengan demikian, PON 2024 tidak saja menjadi ajang prestisius bagi para atlet, tapi juga menjadi contoh nyata implementasi nilai-nilai religius, akademis, transformtif, berwawasan global, dan cinta damai dalam praktik kehidupan sehari-hari. Kami percaya bahwa dengan kerja sama yang harmonis dan dedikasi yang tinggi, Aceh dapat menyelenggarakan PON yang sukses dan membanggakan.