Mohon tunggu...
Zahwa Murlian Putri
Zahwa Murlian Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Nasional

Saya merupakan mahasiswi dari Universitas Nasional yang berdedikasi kepada dunia pendidikan melalui pengalaman yang saya alami dan kemudian saya tulis dalam artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gagal Masuk PTN dan Kedinasan Berakhir Mendapatkan Beasiswa Full hingga 100% di PTS

24 Agustus 2023   09:24 Diperbarui: 24 Agustus 2023   09:26 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lolos ke PTN ternama dan sekolah kedinasan merupakan suatu impian yang dikejar banyak orang, hingga banyak orang tua rela berkorban mencari nafkah agar bisa membiayai anaknya masuk ke PTN favorit dan kedinasan. Begitupun juga calon mahasiswa yang giat rajin mengasah diri agar bisa lolos seleksi masuk ke Perguruan Tinggi mulai dari mencari bimbingan belajar dan belajar terus menerus hingga terkadang lupa akan waktu. Namun, untuk hasilnya kita bertawakal kepada Allah SWT. Ini merupakan kisah dan pengalamanku menjadi mahasiswa. 

Berawal dari tahun 2022, aku sedang fokusnya dalam belajar dan mencari informasi untuk memasuki PTN favorit (UI) dan sekolah kedinasan. Dimana tahun tersebut membuat batinku sudah lelah karena mengikuti ujian seleksi dua perguruan tinggi sekaligus dalam waktu yang hampir beredekatan. 

Untuk seleksi PTN, aku hanya mengikuti UTBK dan Simak UI. Peraturan seleksi UTBK yang berubah di tahun kelulusanku karena yang sebelumnya kita bisa memilih PTN setelah mengetahui skor UTBK sekarang harus pilih jurusan dulu baru keluar skor UTBK. Saat itu juga, aku baru merasakan sekolah kembali normal setelah 2 tahun PJJ dari rumah, sehingga aku belajar ekstra untuk mengejar materi yang kurang efektif selama PJJ. Sampai tiba saatnya pengumuman UTBK, alhasil aku belum beruntung saat itu dan hanya 1/3 yang lolos UTBK. 

Disamping belajar materi UTBK yang bukunya setebal 2x kamus bahasa, aku juga harus belajar materi kedinasan yang bukunya tidak kalah juga tebalnya. Setelah move on dari kegagalan hasil UTBK, aku mengikuti seleksi kedinasan berupa TWK, TKP, dan TPU dan tes fisik lainnya. Alhamdulillah aku merasa senang karena nilai TWK, TKP, dan TPU ku lolos semua dan mendapatkan nilai yang bagus, hingga namaku berada di rangking 24 pada hari itu. Sayangnya, senang itu hanya sesaat karena aku bersaing dengan ribuan peserta yang nilainya juga cukup tinggi. Hingga akhirnya, saat di tahap perangkingan secara nasional, hanya diambil sekitar (-+) 54 peserta dari seluruh peserta, sehingga namaku tidak lolos karena kalah saing.

Dua kali aku gagal dalam penyeleksian, tidak membuatku berhenti begitu saja. Akhirnya aku coba lagi ujian mandiri, karena biaya pendaftaran mandiri tidaklah murah. Saat itu, aku hanya mengikuti SIMAK UI saja, dan ujian mandiri lainnya tidak. Alasan tersebut dikarenakan pendaftaran mandiri lebih mahal dibanding pendaftaran UTBK. Saat itu SIMAK UI seharga 500 ribu untuk 2 pilihan jurusan, dan di SIMAK UI bisa memilih yang reguler yang artinya tidak dikenakan uang pangkal. Sayangnya, di SIMAK UI aku tidak lolos juga karena jumlah kuota yang begitu ketat hampir 0,006 persen yang bisa lolos.

Teman - temanku banyak yang gagal juga dan juga banyak yang keterima di jalur mandiri tetapi dengan uang pangkal dan UKT yang begitu tinggi. Ada yang masuk jalur mandiri dengan uang gedung mulai dari 25 juta sampai 125 juta dan UKT per semester ada yang mendapatkan 7,5 hingga 20 juta untuk jalur paralel. 

Tentu saja, hal itu memberatkan aku untuk tidak memilih jalur mandiri lain yang memiliki uang gedung. Hingga akhirnya aku mulai mecari info - info PTS dan mencoba daftar memakai jalur rapor di salah satu PTS yang terakreditasi A. Tidak menyangka, malahan tiga PTS menawariku beasiswa hingga 100 persen, yakni BINUS 50 %, Mercu Buana 75%, dan Universitas Nasional 100%, dan akhirnya aku memutuskan memilih Universitas Nasional dikarenakan dekat dari rumah untuk menghemat biaya transportasi.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari pengalaman aku adalah banyak jalan menuju roma, yakni artinya jika kita sudah berniat untuk melanjutkan pendidikan pasti ada jalan. Di setiap kesusahan pasti ada kemudahan yang mengikuti. Jangan sampai kita meng-egokan untuk kukuh masuk ke PTN favorit karena menurut saya semua Perguruan Tinggi itu sama saja untuk menuntut ilmu, bahkan banyak PTS yang harganya lebih terjangkau dari PTN. 

Jangan sampai kita memilih jurusan yang tidak kita minati demi masuk PTN favorit dan jangan sampai ortu kita terbebankan agar masuk ke Perguruan Tinggi impian. Lebih baik mencari Perguruan Tinggi yang sesuai jurusan yang kita minati dan dapat terjangkau oleh kondisi keuangan, dengan tekad bukan gengasi yang dicari dan bangga  masuk ke Perguruan Tinggi impian tetapi buatlah Perguruan Tinggi tersebut bangga dengan kamu yang lulus dengan nilai terbaik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun