Makan bubur adalah kegiatan sederhana yang secara tidak disangka bisa mengungkapkan banyak hal tentang kepribadian kita. Tentunya, Pembaca sudah tidak asing lagi dengan perdebatan seputar cara makan bubur yang seringkali memicu perdebatan sengit. Di balik preferensi sederhana ini, tersimpan makna yang lebih dalam daripada itu yang mengandung nilai-nilai, kebiasaan, bahkan kepribadian kita. Hal ini sudah diamati oleh Penulis dalam kehidupannya sehari-hari. Cara kita memilih, menyiapkan, dan menyantap makanan sebetulnya kurang lebih bisa menggambarkan kepribadian. Karena makanan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang fungsinya selain memenuhi kebtuhan fisik, juga memiliki fungsi sosial dan budaya dengan makna yang mendalam.Â
Menurut pengamatan Penulis, orang yang suka mengaduk buburnya cenderung menyukai keseragaman dan keteraturan. Mereka mungkin lebih menyukai lingkungan yang terkontrol dan memiliki preferensi yang jelas. Selain itu, mengaduk bubur bisa menjadi cara untuk menciptakan sensasi yang lebih nyaman dan familiar menurut mereka. Sedangkan peminat bubur tidak diaduk merupakan pribadi yang cenderung lebih menyukai kebebasan dan spontanitas. Mereka mungkin lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan tidak terlalu terikat pada aturan. Namun hal di atas bukanlah fakta adanya. Bisa saja di lingkungan yang lain, hal tersebut bekebalikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara preferensi makanan dan kepribadian seseorang. Misalnya, orang yang menyukai makanan pedas cenderung lebih berani dan petualang, sedangkan orang yang menyukai makanan manis cenderung lebih ramah dan penyayang.
Ada beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi cara kita makan, antara lain pengalaman masa kecil yakni tentang bagaimana cara orang tua kita menyajikan makanan saat kita kecil yang dapat membentuk preferensi makanan kita di masa dewasa. Lalu ada budaya, bahwa setiap budaya memiliki kebiasaan makan yang berbeda-beda, yang dapat memengaruhi cara kita menikmati makanan.
Dan yang terakhir merupakan faktor kondisi kesehatan, seperti alergi atau intoleransi makanan, dapat membatasi pilihan makanan kita.
Kesimpulan yang bisa diambil dari bacana di atas adalah bahwa cara kita makan, termasuk cara kita menikmati semangkuk bubur, sebenarnya dapat mengungkapkan banyak hal tentang diri kita. Meskipun tidak ada rumus pasti untuk menghubungkan preferensi makanan dengan kepribadian, memahami hubungan antara keduanya dapat membantu kita lebih mengenal diri sendiri dan orang lain. Penting untuk diingat juga bahwa setiap orang adalah unik dan kompleks dalam konteks ini, preferensi makanan juga dapat berubah seiring waktu karena pengaruh lingkungan, dan yang harus dipahami adalah tidak ada cara makan yang benar atau salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H