Mohon tunggu...
Zahwa Khaila Hasyisva
Zahwa Khaila Hasyisva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Sebagai Carat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siap Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Modern

18 Desember 2024   01:40 Diperbarui: 18 Desember 2024   01:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang mendukung kemajuan suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan karakter warganya, tetapi juga berperan penting dalam menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) yang muncul akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi. Seiring dengan berjalannya waktu, TAHG yang dihadapi oleh bangsa Indonesia semakin kompleks dan saling terkait antara satu dengan lainnya. Fenomena ini semakin terasa dengan hadirnya revolusi industri 4.0 yang dipandang sebagai era disrupsi. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan tersebut agar dapat terus berkontribusi dalam menciptakan bangsa yang kuat, sejahtera, dan berdaya saing di kancah global.

Globalisasi dan revolusi industri 4.0 adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam pembahasan mengenai perkembangan dunia modern. Globalisasi mengacu pada semakin terhubungnya dunia dalam berbagai aspek ekonomi, budaya, politik, hingga sosial. Sementara itu, revolusi industri 4.0 adalah era digitalisasi dan otomatisasi yang ditandai dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi canggih lainnya yang mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Di satu sisi, kedua fenomena ini memberikan banyak manfaat bagi Indonesia. Dalam bidang pendidikan, misalnya, akses terhadap informasi dan pengetahuan semakin mudah dengan adanya internet. Mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai platform pendidikan online, mulai dari kursus daring hingga seminar internasional, tanpa batasan geografis. Selain itu, teknologi juga memungkinkan pendidikan yang lebih inklusif, dengan memfasilitasi pembelajaran jarak jauh yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia.

Namun, di sisi lain, globalisasi dan revolusi industri 4.0 juga membawa tantangan dan ancaman yang perlu dihadapi oleh bangsa Indonesia, terutama dalam konteks pendidikan. Di UNISSULA misalnya, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan teoritis, tetapi juga harus memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan tinggi untuk menyesuaikan kurikulum dan metode pembelajaran agar dapat mencetak lulusan yang siap menghadapi perubahan zaman.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Indonesia adalah kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Meskipun akses pendidikan di kota besar semakin mudah, banyak daerah di luar Jawa yang masih kesulitan dalam hal fasilitas dan kualitas pendidikan. Hal ini menimbulkan ancaman ketimpangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di Indonesia. Ketika sebagian besar lulusan perguruan tinggi berasal dari kota besar, sementara daerah terpencil masih kekurangan tenaga pengajar yang kompeten, maka terciptalah kesenjangan yang dapat menghambat kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Selain itu, hambatan yang tidak kalah penting adalah rendahnya literasi digital di kalangan sebagian besar siswa dan mahasiswa. Meskipun banyak dari mereka yang sudah memiliki perangkat teknologi seperti smartphone dan laptop, belum semua dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk keperluan akademik. Misalnya, dalam mengakses literatur atau melakukan riset, banyak mahasiswa yang belum memahami bagaimana cara menyaring informasi yang relevan dan terpercaya dari informasi yang tidak akurat. Ini tentu menjadi hambatan dalam membekali generasi muda dengan keterampilan yang diperlukan di era digital.

TAHG lain yang tidak kalah signifikan adalah ancaman terhadap nilai-nilai kebangsaan yang dapat tergerus oleh budaya global yang semakin masuk tanpa ada filter yang memadai. Globalisasi budaya membawa serta berbagai nilai dan norma yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai lokal yang terkandung dalam budaya Indonesia. Pengaruh media sosial, misalnya, dapat dengan cepat menyebarkan budaya asing yang tidak selalu sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang memperkuat identitas nasional, ini bisa menimbulkan ancaman terhadap rasa kebangsaan dan solidaritas sosial.

Selain tantangan fisik, dunia pendidikan Indonesia juga menghadapi gangguan nonfisik yang lebih sulit dideteksi, namun dampaknya sangat besar. Salah satunya adalah fenomena disrupsi yang ditimbulkan oleh teknologi. Di era digital ini, informasi bisa tersebar dengan sangat cepat melalui media sosial dan platform daring lainnya. Tanpa adanya pengawasan yang ketat, informasi yang salah (hoaks) dapat dengan mudah mempengaruhi pandangan dan pemikiran masyarakat, termasuk para pelajar dan mahasiswa. Gangguan nonfisik lain yang muncul adalah fenomena mental health issues (masalah kesehatan mental) yang semakin sering dialami oleh pelajar dan mahasiswa. Tekanan akademik, tuntutan untuk berprestasi, serta ketegangan sosial yang muncul akibat dampak dari globalisasi dapat menyebabkan gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres. Oleh karena itu, pendidikan juga harus memperhatikan kesejahteraan mental siswa dan mahasiswa sebagai bagian dari upaya membangun sumber daya manusia yang sehat dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

UNISSULA sebagai perguruan tinggi swasta yang terkemuka di Indonesia memiliki peran penting dalam menghadapi TAHG di era revolusi industri 4.0. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Meningkatkan kualitas infrastruktur teknologi: UNISSULA terus meningkatkan kualitas infrastruktur teknologi di kampus, seperti jaringan internet dan fasilitas komputer. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki akses yang baik terhadap teknologi yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
  • Meningkatkan kompetensi digital dosen dan mahasiswa: UNISSULA memberikan pelatihan dan workshop kepada dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi digital mereka. Hal ini dilakukan agar dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi dengan efektif dalam proses pembelajaran dan penelitian.
  • Mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri: UNISSULA terus mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri di era revolusi industri 4.0. Hal ini dilakukan agar lulusan UNISSULA memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri.
  • Menjalin kerjasama dengan industri: UNISSULA menjalin kerjasama dengan industri untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk magang dan belajar langsung di industri. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
  • Menyelenggarakan program-program pengabdian masyarakat: UNISSULA menyelenggarakan program-program pengabdian masyarakat untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan membantu mengatasi masalah sosial yang ada. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kepedulian UNISSULA terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun