Mohon tunggu...
Zahwa Oktarini Humayroh
Zahwa Oktarini Humayroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Mahasiswa UPI Cibiru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pluralisme Beragama yang Terganggu: Menghadapi Tantangan Ketuhanan Yang Maha Esa

21 Desember 2024   21:09 Diperbarui: 21 Desember 2024   21:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pater Tuan Kopong MSF @Eposdigi.com)

Ditulis Oleh: Zahwa Oktarini Humayroh, Dr. Dinie Anggraeni Dewi M.Pd., M.H, dan Muhammad Irfan Andriansyah S.Pd

Indonesia sebagai negara dengan kemajemukan budaya dan agama yang luar biasa, telah lama mengusung prinsip Bhinneka Tunggal Ika atau "Berbeda-beda tetapi tetap satu." Prinsip ini tak hanya tercermin dalam kehidupan sosial, tetapi juga diamanatkan dalam Pancasila, khususnya sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini menegaskan pentingnya penghormatan terhadap agama dan keyakinan yang dianut oleh setiap individu, sekaligus mendasari kehidupan beragama yang harmonis. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pluralisme beragama di Indonesia menghadapi berbagai tantangan serius yang mengancam semangat toleransi yang telah lama terjaga.

Di berbagai sudut negeri, ketegangan antar kelompok agama semakin terlihat. Di beberapa tempat, intoleransi dan diskriminasi terhadap agama minoritas mulai menguat. Beberapa kelompok merasa hak beragama mereka terancam, baik melalui kebijakan yang tidak inklusif, kekerasan berbasis agama, maupun sikap sosial yang mengabaikan keberagaman. Isu-isu seperti penutupan tempat ibadah tertentu, penolakan terhadap pemeluk agama tertentu, hingga serangan terhadap kelompok yang dianggap berbeda menjadi sorotan media, menggarisbawahi adanya pergeseran dalam praktik beragama yang seharusnya menghormati perbedaan.

Dalam konteks ini, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana mengembalikan semangat Ketuhanan yang Maha Esa yang mengajarkan rasa saling menghormati, tanpa membedakan agama, suku, maupun golongan. Tantangan tersebut muncul seiring dengan berkembangnya radikalisasi yang mengatasnamakan agama, yang mengarah pada pemikiran sempit dan menegaskan bahwa hanya ada satu cara untuk memahami Tuhan. Sikap intoleran ini semakin meresahkan, terutama di tengah masyarakat yang sangat majemuk.

Namun, Indonesia tidak kekurangan upaya untuk kembali meneguhkan nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam Pancasila. Banyak organisasi masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah yang berusaha mempererat tali persaudaraan antar umat beragama melalui dialog dan program-program yang mendukung pluralisme. Berbagai kegiatan lintas agama, seperti pertemuan antar pemimpin agama dan diskusi antarumat beragama, telah diadakan untuk menumbuhkan rasa saling pengertian.

Namun, semua ini tak akan berhasil tanpa komitmen kuat dari seluruh elemen bangsa untuk menjaga dan merawat kebhinekaan. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama memperkuat pendidikan toleransi sejak dini, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta memberi ruang bagi setiap individu untuk menjalankan keyakinannya dengan bebas tanpa ketakutan akan diskriminasi atau kekerasan.

Indonesia harus terus berusaha mengingatkan diri bahwa keanekaragaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang menjadikan negara ini unik dan kaya. Dengan semangat Ketuhanan yang Maha Esa, Indonesia harus mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan tetap menjaga pluralisme beragama yang selama ini menjadi ciri khas negara kita. Sebab, hanya dengan menjaga harmoni dan toleransi antarumat beragama, cita-cita bangsa untuk mewujudkan negara yang adil, makmur, dan sejahtera dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun