Terakhir, Kerjasama dan Gotong Royong, adalah nilai yang sangat melekat dalam budaya Indonesia. Kerjasama antar kelompok yang berbeda dapat memperkuat persatuan dan menciptakan rasa kebersamaan. Gotong royong menjadi simbol persatuan dalam keragaman, di mana setiap individu berkontribusi untuk kebaikan bersama, memperkuat hubungan antarwarga, dan menciptakan rasa memiliki terhadap komunitas (Dewantara, A. W., & SS, M., 2017).
Peran Multikulturalisme dalam Memperkuat Identitas Nasional
- Menguatkan Rasa Kebersamaan, dengan mengakui dan menghargai perbedaan, masyarakat dapat membangun ikatan sosial yang kuat melalui kegiatan yang melibatkan berbagai kelompok etnis dan agama, seperti festival budaya ataupun perayaan hari besar.
- Membangun Karakter Bangsa, dengan mengedepankan sikap saling menghormati dan toleransi, masyarakat, terutama generasi muda, dapat mengembangkan karakter yang terbuka terhadap keberagaman. Karakter ini penting untuk menciptakan stabilitas sosial dan mencegah konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan.
- Pendidikan Berbasis Multikultural, melalui kurikulum yang mengajarkan keberagaman budaya, agama, dan etnis, siswa dapat belajar untuk menghargai perbedaan dan memahami pentingnya toleransi. Dengan hal ini, generasi muda akan lebih siap untuk hidup dalam masyarakat yang beragam dan berkontribusi pada lingkungannya.
Tantangan dalam Menerapkan Multikulturalisme
- Diskriminasi dan Intoleransi, masih menjadi tantangan di Indonesia, meskipun memiliki dasar multikulturalisme yang kuat. Kelompok minoritas sering mengalami marginalisasi dan perlakuan tidak adil, yang dapat memicu konflik sosial. Diskriminasi muncul dalam bentuk rasial, agama, dan budaya. Untuk menjaga persatuan, masyarakat dan pemerintah perlu mengatasi isu-isu ini melalui kebijakan yang mendukung kesetaraan dan perlindungan hak asasi manusia bagi semua warga negara (Marbun, S., 2023).
- Media dan Teknologi, memiliki dua fungsi dalam multikulturalisme. Di satu sisi, media dapat memperkuat nilai-nilai multikultural dengan menyebarkan informasi yang positif mengenai keberagaman dan toleransi. Di sisi lain, media juga dapat menyebarkan kebencian dan intoleransi melalui berita yang menstigmatisasi kelompok tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mendidik masyarakat agar menggunakan media dengan bijak dan kritis, serta mendukung nilai-nilai multikultural.
Contoh Penerapan Nilai-nilai Multikulturalisme
Penerapan nilai-nilai multikulturalisme di Indonesia terlihat di Kota Yogyakarta melalui tradisi "Dawuh," yang merupakan dialog antaragama dan antarsuku, di mana berbagai komunitas berkumpul untuk berbagi pengetahuan dan budaya. Kegiatan ini memperkuat rasa kebersamaan dan pemahaman tentang keberagaman.
Contoh lain dapat dilihat di Desa Suku Baduy di Banten, yang mengedepankan gotong royong dan kerjasama. Masyarakat Baduy, meskipun terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar, hidup harmonis dan terlibat dalam kegiatan sosial tanpa memandang latar belakang mereka (Holilah, I., & Heryatun, Y., 2019). Kegiatan gotong royong dalam pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan menjadi simbol persatuan di antara mereka.
KESIMPULAN
Multikulturalisme adalah pilar penting bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan agama, di mana nilai-nilai toleransi, keadilan sosial, dan gotong royong dapat memperkuat ikatan sosial dan menciptakan lingkungan harmonis. Untuk memastikan keberlanjutan multikulturalisme, perlu dilakukan upaya seperti memperkuat pendidikan multikultural, mengimplementasikan kebijakan yang mendukung kesetaraan, mendorong media untuk menyebarkan informasi positif, mengadakan dialog antarbudaya, dan memberdayakan komunitas lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, A. W., & SS, M. (2017). Alangkah hebatnya negara gotong royong: Indonesia dalam kacamata Soekarno. PT Kanisius.
Holilah, I., & Heryatun, Y. (2019). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL Eksistensi Masyarakat Baduy Menghadapi Agresi Modernitas. (LP2M) UIN SMH Banten.