Paradigma integrasi Bayani, Burhani, dan Irfani berasal dari pemikiran Islam yang mencoba menghubungkan aspek keilmuan dengan perspektif spiritual dan intelektual dalam bidang pendidikan, termasuk Oseanografi. Paradigma Bayani berfokus pada pendekatan tekstual dan logis yang berakar pada teks-teks klasik serta data ilmiah. Dalam konteks Oseanografi, paradigma ini berusaha memahami fenomena laut melalui analisis data-data kuantitatif seperti pengukuran falaj, suhu, salinitas, dan lain sebagainya. Penggunaan model matematis dan pemetaan laut secara digital juga merupakan bagian dari pendekatan Bayani untuk menginterpretasi dan memprediksi perubahan ekosistem laut.
Sementara itu, paradigma Burhani menghamparkan integrasi yang lebih empiris dan filosofis. Ia mengajak ilmuwan oseanografi untuk tidak hanya memahami kejadian alamiah melalui angka dan fakta, tetapi juga bersentuhan dengan realitas sosial, budaya, dan lingkungan manusia di sekitar ekosistem laut. Pendekatan ini menggugah rasa empati terhadap kondisi laut dan komunitas pesisir yang bergantung padanya. Sedangkan Irfani lebih menitikberatkan pada pendekatan intuitif dan spiritual, yang menjadikan proses belajar terkait laut sebagai refleksi kontemplatif dan meditasi mendalam terhadap kebesaran dan kompleksitas penciptaan Tuhan. Integrasi ini mengajak ilmuwan untuk merenungkan dampak dari eksplorasi laut baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat, serta peran laut dalam menjaga keseimbangan alam dan spiritual. Dengan memadukan ketiga paradigma ini, diharapkan muncul pemahaman Oseanografi yang lebih holistik dan menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H