Batik mulai dikembangkan pada masa kerajaan Mataram, kemudian berlanjut di masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Batik merupakan kain khas Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Motif-motifnya yang indah dan beragam mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi bangsa Indonesia. Batik sudah dikembangkan di berbagai daerah dengan mengusung keberagaman budaya dan ciri khas masing-masing daerah yang terlihat dari motifnya. Tidak terkecuali di Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Kelompok Batik Sariwarni berhasil mengembangkan corak porang dan manco yang menjadi identitas Desa Balerejo. Batik Sariwarni merupakan Rumah Batik Tulis yang dikelola oleh kelompok batik yang ada di Desa Balerejo RT 04 RW 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun dan beranggotakan para ibu rumah tangga. Kelompok batik ini berdiri sejak tahun 2013, diketuai oleh Ibu Suwarni berhasil memproduksi 4 jenis batik yaitu tulis, cap, eco print, serta batik dengan pewarna alam yang sudah didistribusikan ke berbagai konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Jika dilihat dari prosesnya, masing-masing mempunyai sasaran pasar dan harga yang berbeda-beda. Batik tulis mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan 3 jenis batik lainnya. Dalam sebulan, kelompok batik Sariwarni dapat menjual 100-150 kain batik dengan kisaran harga Rp160.000. Batik tulis corak porang manto adalah batik yang paling banyak diminati dan paling laris. Kelompok batik Sariwarni memproduksi batik untuk stok serta customize sesuai dengan keinginan pelanggan. Semenjak dibudidayakan oleh petani Madiun dari tahun 1970-an hingga sekarang porang menjadi komoditas tanaman yang menjanjikan bagi petani setempat. Tanaman porang sudah menjadi ikon di Kabupaten Madiun. Tanaman porang dapat dikatakan tanaman khas dalam ranah komoditi ekspor industri di Madiun yang unggul. Oleh sebab itu, tanaman porang diangkat menjadi motif batik. Sehingga batik porang sangat populer di wilayah Madiun terbukti dengan banyaknya pesanan untuk motif tersebut. Saat ini, pemasaran batik Sariwarni dilakukan melalui pameran, word of mouth, facebook, dan showroom mini di sebelah rumah produksi. Pameran yang diikuti adalah pameran UMKM yang diadakan oleh dinas terkait. Pemasaran dengan word of mouth dapat meningkatkan penjualan namun masih di area Madiun. Dengan facebook penjualan batik dapat menyasar pasar yang lebih luas. Selain dari sisi pemasaran, kreativitas anggota kelompok dalam menciptakan motif atau corak perlu ditingkatkan. Saat ini, corak dan perpaduan warna batik ditentukan oleh Ibu Suwarni, anggota kelompok batik hanya mengerjakan proses canting, colet, pewarnaan, dan penjemuran.
Batik Sariwarni menunjukkan bahwa kreativitas tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga menjadi alat pemberdayaan dan perbaikan ekonomi bagi perempuan. Kreativitas ibu-ibu pengrajin batik Sariwarni telah membuktikan bahwa warisan budaya dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan. Dengan inovasi dan kerja keras, mereka tidak hanya melestarikan budaya batik tetapi juga meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas sekitar. Dukungan dari pemerintah, pengembangan infrastruktur, dan promosi yang efektif dapat memperkuat industri batik lokal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI