Halo semua, wah ga terasa sebentar lagi bulan ramadan tiba. Umat muslim tengah bersuka cita menyambut bulan suci yang penuh kemuliaan ini. Pastinya kalian juga sangat menanti bulan kan. Bagaimana tidak, segala amalan-amalan kecil yang kita perbuat balasannya saja bisa lebih dari hari-hari biasanya. Bulan Ramdhan identik dengan kesucian, kekhusu`an, keramaian. Bulan Ramadhan yang Allah Ta'ala utamakan dan istimewakan dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang merupakan salah satu rukun Islam.
Sungguh Allah Ta'ala memuliakan bulan yang penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu cara untuk menggapai kemuliaan di akhirat kelak, Allah memberikan kesempatan bagi hamba-hamba Allah Ta'ala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Seorang muslim mengambil teladan dari para ulama salaf dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendapatkan pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Ta'ala, agar di akhirat kelak mereka akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah Ta'ala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka.
Para muslim juga bersiap menyambut bulan ini. Persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nah para muslim di Kediri khususnya desaku memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramdhan dengan membawa makanan yang di wadahi "ambeng" atau "marangan besar" atau  "timbo"  ke mushola atau masjid. Tapi bukan timbo untuk nyuci ya guys, ini bentuknya bulat mungkin dalanya sekitar 10 cm. Dan diameternya sekitar 34 cm. Tradisi ini dinamakan "megengan" . Istilah megengan secara harfiah berarti "menahan". Kata menahan erat kaitannya dengan puasa, bahkan bisa dikatakan sebagai inti pelajaran dari puasa itu sendiri. Rupanya, itu juga merupakan pesan dan seruan bagi masyarakat untuk mempersiapkan salah satu rukun Islam. Tradisi semacam ini mungkin sulit ditemukan di daerah lain karena sifatnya lebih kedaerahan. Megengan merupakan ciri khas Muslim Jawa sebagai bentuk penghormatan terhadap Islam.
   Â
Setiap keluarga, terutama para ibu, bisa memanjakan diri dengan memasak. Ada salah satu makanan yang bisa di katakan di wajibkan dalam megengan yaitu kue "apem". Kue apem ini memiliki filosofi yang dalam, dari dalam bisa diartikan sebagai simbol permintaan maaf.
Sejarah awal tradisi Megengan sulit dilacak. Namun, anggapan yang kuat adalah bahwa hal itu berasal dari pemikiran Sunan Kaliyaga. Seorang wali dikenal dengan kecerdasan dan kreativitasnya yang tinggi dalam seni dan budaya.
Perintah megengan tidak langsung ada dalam Islam. Namun perintah untuk berbagi/sedekah, Â menjaga silaturahmi dan berdzikir sebagaimana shalat tercermin dalam Islam. Megengan merupakan salah satu bentuk penerapan nilai-nilai Islam yang dikemas dalam sebuah tradisi yang disebut megengan.
Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan megengan. Di desa saya biasanya masyarakat bersatu untuk doa bersama di musholla setelah sholat tarawih. Sederhananya, dengan meganan ini kita terpanggil untuk menerapkan nilai-nilai Islam melalui tradisi lokal. Tentu, megengan memiliki manfaat bagi diri sendiri, orang lain, bahkan orang yang sudah meninggal.