Mohon tunggu...
Zahwa Angelica
Zahwa Angelica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kediri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi Umat Beragama di Kediri

24 Maret 2022   20:31 Diperbarui: 24 Maret 2022   20:44 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Sabtu kemarin aku menemui seorang paulus dan pendekta. Beliau bernama paulus dan pendeta. Paulus berasal dari Jawa Barat, dan pendeta beradal dari Banyuwangi. Mereka mengabdi atau ditugaskan di Gereja Bethany Kediri. Saya mewawancarai paulus dan pendeta. Menanyakan tentang bagaimana toleransi umat beragama di Kediri. Beliau berdua menjawab bahwa di Kediri toleransinya sangat baik, dibandingkan di daerah beliau. Di Kediri bisa dibilang masyarakatnya tidak gampang tersinggung jika ada problem atau permasalahn yang berkaitan dengan agama mereka tidak pernah langsung rasis dan mengatakan siapa yang benar dan salah. Pasti ada titik temu dan selalu dengan kepala dingin. Sejauh  ini beliau mengatakan tidak pernah ada masalah kesenjangan agama di Kediri, selalu rukun dan damai-damai saja. Antar para pemuka agama juga sering bertemu untuk menjaga kestabilan bernegara agar tidak pernah ada kesenjangan agama, biasanya pertemuan antar pemuka agama diadakan di kantor wali kota. Jadi nanti para pemuka agama memberi penyuluhan atau yang akrab disebut ceramaah kepada para jamaah agar selalu menjaga kerukunan antar satu sama lain, rukun dalam beragama dan bernegara. Beliau juga berkata jika ingin rukun ya bertindak santai saja seperti manusia biasa pada umumnya saat berkomunikasi. Pastinya masyarakat juga tahu mana komunikasi yang pantas dan tidak. Jikalau memang membahas tentang agama mungkin mereka juga hanya membahas karena rasa ingin tahu agama lain itu seperti jadi sifatnya seperti sharing. Aku dulu juga punya teman yang nonis, kami satu tempat les. Bahkan kami juga cerita-cerita tentang bagaimana agama kami masing-masing. Bahkan dia juga bercerita pengalamannya dibaptis setelah ga masuk les selama seminggu. Intinya toleransi, bisa terus terjalin jika mereka tetap berpegang teguh pada sifat saling menghargai. Semua agama memiliki aqidah atau keyakinan masing-masing yang mereka anut. Dan kita sebagai wargna negara Indonesia pun juga memiliki hak dalam memilih agama atau keyakinan yang kita anut. Jadi kita tidak boleh memaksa orang lain untuk berkeyakinan sama dengan kita.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi itu adalah sifat atau sikap toleran. Toleransi ini akan tumbuh dan berkembang seiring dengan sikap gotong-royong antar masyarakat tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Semua elemen masyarakat dianggap sama rata, sehingga dapat menjadi masyarakat yang tumbuh dan berkembang dewasa serta dapat bersatu untuk memperkuat kerukunan Bangsa Indonesia. Bentuk toleransi antar umat beragama bisa kita lakukan seperti:

* Menghormati agama yang dianut oleh orang lain.

* Menghormati kegiatan agama yang sedang dilakukan oleh agama lain.

* Menolong orang lain tanpa memandang agamanya

* Berteman tanpa memandang agamanya

Yang menjadi faktor pendorong toleransi dalam kehidupan antar umat beragama yang pertama adalah kesadaran dalam beragama. Agama mengajarkan hal-hal yang baik dan orang yang beragama akan berperilaku sebisa mungkin sesuai dengan ajaran agamanya. Faktor kedua adalah seringnya mengikuti kegiatan sosial. Dengan kegiatan sosial, kita diajarkan untuk saling menolong, menghargai & menyebarkan kasih sayang serta kepedulian terhadap orang lain. Faktor pendorong ketiga adalah kebijakan peraturan yang dibuat pemerintah. Kerukunan agama tidak hanya karena agama saja, tetapi pemerintah juga memfasilitasi peraturan yang mendorong kerukunan umat beragama. Untuk faktor penghambat dapat disebutkan beberapa hal. Yang pertama adalah semangat dan rasa kekeluargaan yang kurang. Sifat kekeluargaan yang kurang akan mengubah seseorang menjadi individualistis yaitu yang lebih mementingkan diri sendiri. Faktor penghambat yang kedua adalah fanatisme agama. Cinta pada suatu agama memang boleh, tetapi juga tidak boleh berlebihan dan rasis sehingga menganggap agamanya paling benar.

Yang dapat dilakukan generasi muda agar sikap toleransi semakin kuat di antara umat beragama bisa dengan menerapkan sila pertama Pancasila dengan cara bertindak sesuai ajaran agama masing-masing. Dengan cara besikap seperti itu dapat meningkatkan keimanan kita. Jika iman kita sudah kuat, kita akan terbiasa untuk melakukan hal-hal baik dalam kehidupan. Selain itu kita juga dapat meningkatkan ketaqwaan kita dengan cara menjalankan agama secara benar sehingga mempunyai dampak positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun