Namun, meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, tantangan tetap ada. Akses yang tidak merata terhadap teknologi menjadi masalah serius yang harus dihadapi. Tidak semua mahasiswa memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai, yang dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam pengalaman belajar. Zahra menyoroti hal ini dengan penuh keprihatinan, mengingat betapa pentingnya dukungan dari universitas agar semua mahasiswa dapat merasakan manfaat yang sama dari inovasi teknologi. Selain itu, ketergantungan pada teknologi juga dapat menimbulkan kesulitan, terutama bagi mereka yang kurang familiar dengan alat digital, sehingga diperlukan upaya untuk memberikan pelatihan dan bimbingan yang memadai.
Peluang baru dalam pendidikan farmasi juga diciptakan oleh kemajuan teknologi seperti simulasi dan realitas virtual. Mahasiswa dapat mempelajari keterampilan klinis dalam lingkungan yang aman dengan teknologi ini. Ini akan sangat membantu mereka di dunia kerja nanti. Penggunaan analitik data dan sistem manajemen pembelajaran meningkatkan proses belajar, memberikan umpan balik cepat kepada siswa dan membantu mereka memahami kekuatan dan kelemahan mereka.
Secara keseluruhan, penggunaan teknologi dalam pendidikan farmasi tidak hanya mencakup penggunaan perangkat lunak baru, tetapi juga membangun lingkungan belajar yang lebih terbuka, relevan, dan responsif terhadap kebutuhan siswa dan industri kesehatan. Dengan dukungan yang tepat dari institusi pendidikan, teknologi dapat berperan sebagai pendorong utama dalam pembentukan apoteker yang lebih mahir dan siap menghadapi masalah di dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H