Mohon tunggu...
Zahrul Ichsan
Zahrul Ichsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak dari kedua orang tua, dan sekarang menjabat sebagai mahasiswa

Kaktus, Guava, Novel, Menulis, Olahfisik, Running, Sepak Bola, Tepuk bulu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Metamorfosis Cuko: Pelajaran dari Dunia Ulat Moster"

28 Januari 2025   15:00 Diperbarui: 26 Januari 2025   07:05 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, mentari bersinar cerah, menemani kehidupan keluarga ulat coklat berduri kecil yang sibuk menjalani aktivitas hari Minggu mereka. Layaknya manusia, para ulat memulai hari dengan sarapan bersama di atas dedaunan segar. Namun, suasana damai ini berubah menjadi sebuah petualangan yang tak terduga ketika Ibu Dendeng meminta anaknya, Cuko, untuk membantu merapikan bunga-bunga koleksinya.

Ibu Dendeng adalah seorang guru yang penuh dedikasi di SD Telur Asin, sebuah sekolah yang dibangun berkat sumbangan masyarakat berupa telur asin yang dikumpulkan dari setiap warga yang kemudian dijual sehingga hasil penjualan tersebut terbangun sekolah yang sesuai dengan namanya. Sosok Ibu Dendeng dikenal tidak hanya di kalangan murid-muridnya tetapi juga oleh para pedagang kantin yang sering ia bantu dengan membeli dagangan yang tersisa guna membantu para penjual. Hobinya adalah merawat bunga, dan ini sudah ia tekuni sejak SMA, dan bunga-bunga itu kini menjadi bagian dari hidupnya. Namun, anaknya, Cuko, memiliki sifat yang berlawanan. Cuko dikenal sebagai anak yang usil dan kadang sulit diatur. Walaupun begitu, Ibu Dendneg selalu sabar menghadapi tingkah lakunya.

Hari itu, Ibu Dendeng  memaksa Cuko untuk membantu memangkas tangkai-tangkai bunga. Awalnya, Cuko menolak karena ingin menonton kartun favoritnya, tetapi ancaman pemotongan uang jajan membuatnya tak punya pilihan selain menurut. Dengan malas, ia mulai memangkas tangkai bunga satu per satu. Tanpa ia sadari, ia sudah dekat dengan salah satu tangkai yang dihuni oleh monster ulat. Saat tangan kirinya menggenggam tangkai itu, ia tak sengaja memegang tubuh monster ulat kecil yang penuh duri tajam.

"Aaaah!" teriak Cuko keras. Rasa sakit membuatnya melepaskan tangkai itu, tetapi tiba-tiba dunia di sekitarnya berubah. Tubuhnya mengecil, dan kulitnya berubah menjadi ungu dengan duri-duri kecil di sekujur tubuhnya. Ia kini menjadi ulat monster! Cuko melihat sekelilingnya yang dipenuhi batang bunga dan dedaunan hijau, lalu mendengar suara lembut memanggilnya, "Cukooo... Cukooo..."

Ia mengikuti suara itu hingga menemukan seekor ulat besar yang berkata, "Hei, anak nakal, ayo pulang! Ini sudah sore." Cuko bingung, tapi ulat besar itu melanjutkan, "Apa kamu lupa ibumu sendiri? Cepat pulang sebelum aku kutuk kamu jadi manusia!" Dengan rasa bingung dan takut, Cuko mengikuti ulat besar itu ke sarang yang terbuat dari kapas cotton bud. Di sana, ia diberi makan daun Oak. Awalnya, ia enggan memakannya, tetapi Aroma dan rasa lezat daun itu membuatnya lupa diri dan memakannya sampai habis.

Setelah makan, ulat besar itu berbicara, "Kamu harus semangat belajar supaya menjadi ulat yang hebat! Jangan seperti manusia yang sering membuat ibunya sedih. Ibumu selalu bekerja keras, tapi dia sering menangis sendirian di tengah bunga-bunganya. Hanya kami, keluarga ulat, yang tahu."

Cuko mulai merasa bersalah, tetapi sebelum ia bisa menjawab, ulat besar itu mengajaknya pergi. "Ikut aku, ada sesuatu yang harus kamu lihat," katanya. Mereka berjalan melewati dedaunan yang rimbun hingga tiba di sebuah lembah kecil. Di sana, Cuko melihat ulat-ulat kecil sedang belajar di bawah naungan daun besar. Salah satu ulat kecil menghampiri dan berkata, "Kamu anak baru, ya? Kami diajari oleh Ibu Dendeng Ulat untuk menjadi ulat yang hebat." Cuko terkejut mendengar nama ibunya disebut.

Ulat besar menjelaskan, "Ibu Dendeng Ulat adalah representasi kasih sayang ibumu. Dia ingin semua anak, bahkan ulat sekalipun, belajar dan menjadi yang terbaik. Lihatlah mereka," ujarnya sambil menunjuk ulat-ulat kecil yang rajin belajar.

Dendeng mulai terinspirasi. Ia membantu ulat-ulat kecil belajar, bahkan mengajari mereka cara memanjat tangkai bunga yang tinggi. Di saat itu, ia merasa seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik. Namun, tiba-tiba, seekor burung besar muncul dan menyerang mereka. Semua ulat berlarian ke sarang, tetapi Cuko tertinggal. Dengan keberanian yang baru ia temukan, Cuko  mengigit sebuah tagkai bunga dengan cepat, maka tangkai tersebut jatuh tepat di mata burung itu, dan membuat burung tersebut kehilangan keseimbangan, akhirnya menjauh dari sarang mereka, sehingga  menyelamatkan teman-temannya. Setelah burung itu pergi, ulat besar berkata, "Kamu telah menunjukkan keberanian dan pengorbanan. Sekarang, waktunya kembali."

Tiba-tiba, saat merayakan kegembiraannya, ternyata burung tersebut kembali datang, dan kali ini berhasil menangkap Cuko dengan menggunakan cakarnya sehingga saat berada di atas udara Cuko mencoba melawan, sehingga dia terjatuh. Sambil berteriak tiba-tiba Ia terbangun, dan terkejut saat membuka mata, ternyata sekarang berada di sofa rumahnya dengan tubuh berkeringat dan aroma minyak kayu putih yang menenangkan dihidungnya. Cuko memperhatikan tubuhnya yang kini sudah kembali menjadi manusia normal. Maka Ibu Dendeng memandangnya dengan cemas.

"Kamu kenapa, Nak? Tadi pingsan?" tanya Ibu Dendeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun