Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekali Lagi tentang Ibu

30 Januari 2024   16:55 Diperbarui: 30 Januari 2024   16:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu bergulir dengan cepatnya. Tiada yang mampu menghentikannya. Meski hanya barang sedetik saja. Tiada yang mampu.

Detik demi detik kala itu. Tak terbayangkan olehku. Di saat ku berjuang mengais rezeki. Kau berjuang dengan sakitmu.

Ah, hanya sakit biasa ku rasa. Itu yang ada dalam pikiranku. Tapi ternyata ku tak mampu membaca. Tanda yang diberikan oleh-Nya.

Pagi hingga siang ku berlari. Meniti tangga berdiriku. Tak tahu apa yang kau lalui. Hingga tiba ajalmu.

Wahai, ibu. Ku terhenyak melihatmu tertidur di dipanmu petang itu. Benar-benar seperti tidur. Dan ingin ku bangunkan.

Tetapi ternyata.. Kau tidak mungkin bangun lagi. Walau hanya untuk sekedar berbuka puasa. Puasa sunah yang sering kau lakukan sebagai bukti cintamu kepada Sang Khalik dan Rasulullah.

Kami sangat kehilangan engkau, Bu. Tapi, mungkin engkau telah berbahagia berjumpa dengan Dia. Dia yang selalu kau cintai. Di tengah keterbatasanmu.

Ibu, empat tahun sudah kau kembali pada-Nya. Hanya doa yang dapat kami persembahkan. Agar Allah senantiasa memberikan rahmat-Nya untukmu. Berbahagia di istirahat panjang mu.

#30 Januari 2020-30 Januari 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun