Sore tadi saya berniat mencarikan menu makan untuk keponakan-keponakan saya yang beberapa hari merayakan idulfitri di rumah bapak, rumah mbah kakung mereka. Keponakan-keponakan saya jenuh ingin makan apa selama dua hari ini.
Dan dengan membayangkan bakso yang panas dan segar dinikmati, saya akhirnya pergi ke warung bakso dekat masjid kota kecamatan Karangmojo. Saya mengendarai sepeda motor.
Ternyata ramai sekali jalan yang saya lalui. Mobil-mobil berplat Jakarta. Orang-orang yang berbicara bahasa Indonesia. Penampilan kota banget. Tak seperti penampilan orang yang tinggal di kampung seperti saya. Hehe.
Saya segera memesan sejumlah bungkus bakso. Harapannya sih kebagian dan cepat prosesnya. Tetapi ternyata sudah ada orang yang pesan bakso. Dua puluh bungkus. Dan kalau saya tegap memesan bakso maka akan memakan waktu yang lama.
Akhirnya pak penjual bakso menawarkan mie ayam. Mau tak mau saya akhirnya memesan mie ayam. Saya menunggu lumayan lama. Karena penjual memang nyambi menyiapkan menu pesanan para pembeli yang juga akan makan di tempat.
Saya memperhatikan banyak sekali di dalam warung sederhana itu yang keluar masuk. Dan bahkan ada yang makan di balai dusun dekat warung itu.Â
Di sisi lain, saya juga memperhatikan bapak dan mbak-mbak penjual. Mereka tampak kelelahan melayani pembelinya. Karena memang membludag yang memesan. Bahkan ada yamg kecelek karena bakso sudah habis.
Saya duduk manis menyaksikan itu semua. Di samping saya ada adik-adik yang tampaknya juga menunggu giliran dibuatkan mie ayam.
Alhamdulillah, ternyata hari raya idulfitri tahun ini benar-benar seperti kembali pulih. Tak seperti dua tahun kemarin. Di mana masih ada pembatasan mudik. Apalagi  jajan dengan leluasa seperti sebelum masa pandemi.
Sejak kemarin ternyata sudah mulai ramai di warung-warung yang bersedia buka demi melayani pembeli. Dan pembeli juga sudah tak takut lagi dengan adanya virus covid-19.
Oh iya, tentu saja kami tetap memperhatikan protokol kesehatan. Agar kami terhindar dari virus tersebut.