Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bertemu Dengannya

6 Maret 2022   15:11 Diperbarui: 6 Maret 2022   15:14 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam semakin larut. Desir angin menambah dinginnya malam. Suara jangkrik di luar sana. Menambah malam semakin terasa temaram.

Ku sandarkan tubuh lelahku. Di atas kasur lusuhku. Ku coba memejamkan mataku. Sulit rasaku.

Ku mengingat-ingat apa yang ku alami. Tak semudah yang dibayangkan orang. Ya, kata mereka enak menjadi aku ini. Tak tahu mereka betapa beratnya yang ku lalui.

Ku dengarkan suara dzikir malam. Ku ikuti lantunan suara itu. Ku merasakan damai yang mendalam. Tatkala bibir ini melafalkan dzikir itu.

Tiba-tiba ku melihat sosok yang ku rindukan. Ya, perempuan itu. Yang telah dua tahun meninggalkanku. Keharibaan Sang Maha Abadi.

Ku yakinkan itu dia. Ku pegang tangannya. Terlihat cantik wajahnya. Wajahnya teduh.

Ku coba menceritakan apa yang ku alami. Ya, dia hanya diam. Tak berapa lama dia bangkit. Dan menghilang dalam malam.

Ku buka mata. Aku yakin dengan yang ku alami. Ketika tadi ku coba menghentikan kepergiannya. Aku sadar, beliau sudah tiada.

Untuk ibu. Doaku selalu untukmu. Berjuta sayang juga untukmu. Semoga dilapangkan kuburmu. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun