Orangtua adalah guru pertama bagi anak. Anak belajar minum, makan, merangkak, berjalan, berlari, berbicara atau berkomunikasi dengan orangtua dan keluarga. Pembiasaan dalam satu keluarga dengan keluarga yang lain pastinya berbeda. Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kematangan berkomunikasi.
Terkadang sebagai guru, saya menemukan ketidaksinkronan antara apa yang diajarkan guru di sekolah dengan didikan orangtua. Contoh kecilnya misalkan anak didik saya yang tunanetra diajari untuk makan sendiri ketika di sekolah. Tetapi terkadang orangtua di rumah akan menyuapi anak ketika makan di rumah.
Oleh karena itu sangat penting komunikasi dua arah bagi orangtua dan guru, sehingga akan terjalin keterkaitan antara apa yang diajarkan di sekolah dan di rumah.
1. Guru Memberikan Catatan Kecil di Buku Catatan Siswa
Pentingnya memberikan catatan kecil dari hasil pembelajaran siswa adalah menyampaikan materi yang telah dikuasai anak. Selain itu juga catatan kecil tentang kesulitan anak selama belajar di kelas.Â
Tak kalah penting adalah apa yang harus dilakukan oleh orangtua di rumah agar materi pembelajaran tetap akan terserap dengan baik. Termasuk praktik yang telah diberikan guru di sekolah, juga dilakukan siswa di rumah.
Contohnya anak praktik shalat di sekolah bersama guru agama, maka orangtua di rumah akan lebih berperan mengajak shalat atau beribadah selama anak di rumah. Pembiasaan di sekolah akan lebih berhasil dengan pembiasaan di rumah.
2. Orangtua Tak Malu Bertanya dan Belajar
Selama belajar di rumah, tentu saja orangtua mengalami kesulitan dalam menemani belajar anak. Kesulitan yang dihadapi bisa dikomunikasikan juga dengan guru yang membidanginya.
Tak perlu malu bersikap demikian. Karena dengan banyak bertanya atau berkomunikasi dengan guru maka akan menunjukkan bahwa orangtua itu peduli kepada pendidikan anaknya.
Selain itu, orangtua juga harus tetap belajar juga. Contohnya saja jika ada tugas dari guru, maka orangtua akan mencari tahu tentang materi itu. Bisa melalui internet, buku atau lainnya.