Beberapa hari kemarin aku kebetulan tak sengaja berjumpa dengannya. Suami yang telah mengabaikanku hampir satu tahun ini.
"Dik..".
Hanya itu ucapmu. Aku terhenyak ketika tahu keberadaanmu di tempat yang sama ini.
Ya, saat itu aku mendatangi sebuah tempat bersama teman kantorku. Dik Yuni.Â
Aku mencoba cuek saja. Terlalu sakit hatiku. Dia telah menjelek-jelekkan aku dan keluargaku. Hati dan harga diriku yang kau injak-injak dengan kata-kata tak berniat cerai di satu saat. Dan di saat lain kepada orang lain kau katakan akan menceraikanku.
"Mbak..", kata dik Yuni saat mendengar aku disapa oleh laki-laki itu.
Aku tahu, mungkin dik Yuni heran denganku. Bagaimana aku bisa cuek kepada orang. Padahal aku orang yang tak secuek itu.
Dan aku tahu, mungkin dik Yuni lupa-lupa ingat dengan wajah suamiku. Aku saja lupa. Ya mungkin dik Yuni berpikir kalau orang yang menyapaku itu suamiku, kenapa aku bersikap seperti itu.
Ah, dik.. Memang tak semua teman tahu dengan kehidupan rumah tanggaku. Yang mereka tahu aku terlihat ceria di sekolahan, tempat kita bekerja.
***
"Aku wis judheg mas.. Ya, aku manut saja kapan waktu luangnya jenengan dan pak War..".