"Simbah lagi ngapain?", tanyaku kepada Simbah yang sedang asyik di dapur.
"Wah.. putuku.. Sini.. Rewangi Simbah..", sambut Simbah.
Ya, aku dan Simbah sedang berada di dapur. Kalau kata simbah sih nama jawanya pawon. Pawonnya Simbah masih tradisional banget. Tidak memakai kompor minyak, apalagi kompor gas.
"Iki jenenge keren, ndhuk..", kata simbah setelah mendengar pertanyaanku.
"Sing ngurupke nganggo blarak.. Blarak iku godhong kambil sing wis garing..", lanjut Simbah.
Kulihat Simbah menyalakan korek api. Rek jres. Gitu Simbah bilang.
Kemudian Simbah mengarahkan korek yang sudah ada apinya ke blarak yang sudah disiapkan Simbah. Kemudian Simbah memasukkan blarak yang sudah menyala ke dalam lubang keren. Kayu-kayu kering yang kecil-kecil dimasukkan. Ku perhatikan Simbah melakukannya.
Oh iya, kerennya simbah terbuat dari batu. Ada dua buah. Â Setiap keren ada dua lubang. Depan dan belakang.
"Ah, kayaknya gampang..", batinku.
"Mbah, aku pengen mencoba dong..", pintaku kepada Simbah.
***
Ku pegang blarak segenggamanku. Lalu ku pantik korek api. Ku dekatkan ke blarak. Dan..
Ah.. ternyata tak semudah yang ku lihat dari Simbah tadi.