Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Ibu Tanpa Ibu

2 Desember 2020   11:16 Diperbarui: 2 Desember 2020   11:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bulan Desember. Hari Ibu. Tahun yang lalu masih ada ibu di sini. Dalam diamnya, ia sangat mencintai keluarganya. Suami, anak, cucu-cucunya, dan keluarga adik juga kakaknya.

"Gek shalat, Mon..", kata ibu kepada mas Mon, anak dari kakaknya. Kalau aku memanggilnya pakdhe Manto. Pakdhe Manto ini satu-satunya kakaknya ibu.

Mas Mon kadang "nyambut gawe" di rumah kami. Sebagai tukang yang cukup mumpuni. Selalu banyak yang pesen untuk memperbaiki rumah atau membangun rumah orang-orang di daerah kami.

"Nggih, bulik.. Nanti..", kata mas Mon. Mas Mon malah melanjutkan ngrokoknya.

Mas Mon memang hanya kadang-kadang mau shalat. Selebihnya ya kalau ingat.

"Ora sembrono lho, le..", ucap ibu yang duduk di kursi rodanya.

"Didongakke bapak karo ibune..", lanjut ibu.

Ibu memang sering mengingatkan siapapun untuk shalat ataupun puasa. Anak, suami, cucu. Termasuk keponakan-keponakan seperti mas Mon ini.

Mas Mon hanya nyengir mendengar kalimat itu. Tetap masih melanjutkan ngrokoknya.

***

"Aku ki nek kelingan bulik ki piye ngono rasane, dik..", kata mas Mon suatu hari setelah kepergian almarhumah ibu.

"Kelingan nek diuyak-uyak shalat to, mas?", tanyaku dengan cuek.

"Hehehe.. Iya, dik..", jawab mas Mon.

"Ya gek shalat, mas. Pakdhe dan budhe Manto didoake. Jangan lupa..", sahutku lagi. Kali ini dengan agak tersenyum ku katakan itu. 

"Seperti bulik wae kowe, dik..", kata mas Mon ketika mendengar aku bicara seperti itu.

Aku tertawa mendengar jawaban mas Mon. Apalagi kalau melihat ekspresinya.

"Hahaha.. Ya memang harus digituin jenengan itu, mas..", kataku.

"Kudu dielingke.. Diingatkan.. Ben kelingan..", sahutku lagi.

***

Di bulan ibu ini, di hari ibu kali ini tidak ada lagi yang mengingatkan aku, bapak, kakak, saudara-saudara dari kakak adiknya ibu tentang semua hal.

Tetapi sesungguhnya kami semua diingatkan dengan cara mengingat apa yang dilakukan semasa hidupnya. Ibadahnya, hubungan baiknya dengan suami, anak, cucu, saudara-saudara dari ibu dan bapak, teman-teman dan kepada siapapun.

Semoga dengan atau tanpa kehadiran ibu di sini, kami akan tetap mencintai dan mendoakan ibu. Bertemu di surga-Nya nanti. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun