Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kerupuk Rosokan

29 November 2020   13:35 Diperbarui: 29 November 2020   13:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Asti tertuju pada salah satu jenis kerupuk yang dijual dengan cara digantung di sebuah sudut pasar. Ingatannya kembali ke masa kecilnya dahulu kala.

Kerupuk rosokan dia menyebutnya. 

"Ayo kita cari rosokan, Na..", ajak Asti saat duduk di kelas empat.

Ina yang sedang bermain membuat rumah-rumahan dari pasir mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Asti berdiri di depannya dengan senyum sumringahnya.

"Apa ada tukang rosokan lagi, As?", tanya Ina.

"Iya, Na.. Ayokkk.. Mainnya nanti lagi saja..", bujuk Asti. 

Singkat cerita mereka berdua mencari kardus yang tak terpakai. Atau ember plastik rusak atau botol plastik.

Biasanya teman-teman mereka juga mencari barang bekas seperti mereka berdua.

***

Asti tersenyum mengingat hobinya di masa kecil itu.

"Itu ada botol bekas, As..", seru Ina. Ina melihat di sudut tempat pembuangan sampah di sekolah.

Dengan sigap Asti mengambil botol bekas itu. Kemudian mereka juga mengais-ngais tempat sampah itu. Biasanya pak Bon membuang ember rusak di situ.

"Ini ada gelas plastik, Na..", sorak Asti.

"Emmm.. lumayan juga rosokan yang kita dapat ya, As..", kata Ina.

"Iya, Na..", sahut Asti senang.

"Coba kita dapat lebih banyak lagi. Bisa dapat kerupuk banyak banget kita..", lanjut Asti.

"Eh sebentar, As.. Kayaknya di rumah ada ember kecil rusak deh..", kata Ina tiba-tiba.

Tak lama setelah itu mereka menuju ke rumah Ina. Dan benar saja, di rumah Ina ada ember kecil rusak. Mereka senang sekali.

***

"Ini, nak.. Dapat kerupuk segini ya..", kata bapak tukang rosokan. 

"Ya, pak.. Terimakasih..", ucap Asti dan Ina bersamaan.

Ya, mereka menukar rosokan yang didapat tadi dengan kerupuk warna-warni. Tepatnya warna kuning dan merah muda. 

Mereka kebetulan membawa kertas koran bekas yang bersih. Jadi bisa untuk wadah kerupuk warna-warni itu.

Kata bapak rosokan itu, kerupuk warna-warni itu digoreng memakai pasir. Bentuknya juga unik. Panjang dan ada bolong-bolongnya.

Tidak perlu khawatir. Kerupuk-kerupuk itu bersih. Dan meski dibawa bapak tukang rosokan, tapi tetap bersih. Ketika mengambilkan kerupukpun, bapak itu mengelap tangannya dengan serbet.

O iya, selain itu bapak tukang rosok itu juga membawa mainan. Kalau barang rosokan yang ditukar itu senilai dengan mainan, maka ya akan mendapat mainan itu. Kalau tidak ya tetap boleh menukar dengan kerupuk unik itu.

***

"Mbak, jadi beli kerupuk yang mana?", tanya penjual di pasar itu membuyarkan lamunan Asti.

"Eh...Kerupuk yang ini saja, bu.. Lama saya tidak makan kerupuk yang seperti ini..", jawab Asti sambil menunjuk kerupuk rosokan.

Bu penjual mengambilkan kerupuk yang dimaksud Asti.

"Ini, mbak..", kata penjual itu seraya menyerahkan kerupuk warna-warni itu. 

Asti menerimanya dengan senang karena akan menikmati kerupuk rosokan seperti ketika dia kecil. Dulu dia harus mencari barang rosokan demi menikmati kerupuk yang dibelinya saat ini.

Asti segera menyerahkan uang kepada penjual. Kemudian dia bergegas menuju motornya untuk pulang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun