Namaku Rara. Sedari usia Sekolah Dasar, teman-teman perempuanku memakai anting kekinian pada masa itu. Sementara aku?
Seingatku, aku juga punya keinginan untuk memakai anting yang bentuknya bagus-bagus. Ya, keinginan bocah SD yang tak tahu bagus atau tidaknya kualitas emas.
Aku memakai anting yang tetap sama, mungkin sejak aku bayi. Bentuknya bundar, terus ada pentolan di tengahnya. Tidak seperti punya teman-temanku.
Meski punya keinginan, tetapi aku tak pernah meminta kepada ibu. Karena kalaupun minta, pasti tidak dibelikan. Alasannya hanya ibu yang tahu.
***
Saat ini, menginjak usiaku yang sudah berkepala tiga, anting itu masih ada padaku. Entah punya teman-temanku, apakah masih menyimpan harta karun seperti aku atau tidak.
Seusia ini, aku sudah paham arti nilai dari harta karun ini. Ibu membelikan untukku ketika masih bayi, untuk tindik. Dengan harga yang saat itu tentu mahal. Dan mungkin jauh lebih baik kualitasnya, karena dibeli di toko emas terkenal di Yogyakarta. Toko emas Salaman Yogyakarta.
Dan hari ini, anting kuno itu aku copot. Karena sudah mudah copot.
"Daripada hilang, ku copot saja..", kataku kepada kakakku.Â
Memang, harta karun itu aku simpan tersendiri. Tak akan aki jual. Ya, sebagai kenang-kenangan dari orangtuaku. Bentuknya sudah tak sebundar dulu. Tapi nilai sejarahnya yang luar biasa.Â