Urusan per-duitan memang kadang melelahkan. Kadang membuat pusing tujuh keliling. Punya uang lebih, beresiko dipinjam. Tidak punya uang, resiko mau pinjam kadang kesulitan.
Saya pernah berurusan dengan teman yang ternyata dalam tanda kutip bermasalah pada keuangan. Alias sulit untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya. "Teman" saya ini bernama mbak X.
Sebelum tahu, saya memang menaruh kepercayaan kepada mbak X. Ya, namanya teman. Tidak mungkin menyalahgunakan kepercayaan saya. Pikir saya pertama kali.
Hingga akhirnya, ada teman akrab saya (Fitri) yang secara tidak langsung bercerita kalau mbak X itu dikejar-kejar oleh para korbannya. Mungkin para korban juga berpikir sama seperti saya. Tidak mungkin dia menipu.
Mbak X ini punya tiga anak perempuan. Dan saya yakin uang dipergunakan untuk pendidikan anaknya. Tetapi ternyata tidak sepenuhnya dipergunakan untuk biaya pendidikan.Â
Kadang saya tahu dari status story-nya di BBM waktu itu. Mbak X dan anak-anaknya sering pergi ke mall atau menginap di hotel.Â
Hallooo.. pikir saya mulai mempercayai omongan Fitri. Orang yang memberi pinjaman tidak pernah merasakan sering ke mall. Apalagi sampai menginap di hotel. Saya mulai tidak percaya kepada mbak X.
Saya iseng-iseng BBM mbak X, ketika dia posting mau beli handphone baru. Elok kan?
"Mbak, uangku mau ku pakai. Tolong ditranfser ya," kurang lebih bunyi BBM-ku waktu itu.
Dan sesuai perkiraan, jawabannya adalah minta waktu untuk melunasi. Kemudian bercerita bahwa dia hanya iseng membuat status beli handphone.
Dan saya tetap pada pendirian saya. Tetap menagih uang saya. Apalagi ada lagi teman saya yang se kantor dengan mbak X. Namanya mbak Prima. Darinya saya mendapatkan banyak cerita. Mbak X menipu tidak hanya guru-guru tetapi juga teman satu kantor.