Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Televisi Baheula

15 Juli 2020   19:55 Diperbarui: 15 Juli 2020   19:46 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya merasakan masa kecil di sebuah dusun yang sejak dahulu asri. Bagaimana tidak asri, rumahnya "mewah". Mepet sawah. Dekat persawahan, sungai dan mbaon kayu putih. Saat itu sekitar tahun 1984-1986an.

Di dalam keluarga kami, waktu itu sudah ada televisi hitam putih. Tentu saja dihidupkan atau dinyalakan harus dengan aki. Dan ada jek-jekan seingat saya. Dan ketika air aki habis, maka matilah televisinya. Tidak bisa dinyalakan.

Aki harus di"strom"kan. Entahlah, saya tidak begitu tahu istilah itu saat itu. Mungkin ya diisi ulang kalau jaman sekarang. 

Saya juga tidak begitu ingat ukuran akinya. Dan bagaimana memasang jek agar bisa nyambung ke televisi. Ya maklum, saat itu saya masih kecil. Hanya terngiang-ngiang, ingat ada televisi hitam putih dan aki. Selebihnya tidak ingat.

O iya, di televisi itu terdapat tombol-tombol unik yang untuk anak jaman sekarang mungkin terasa aneh.  Ada juga bagian speaker yang unik. Layar televisi berada di tengah-tengah antara speaker-speaker kecil. Jadi bagi yang suka barang antik ya memang antik bentuknya.

Nah, untuk menyalakan televisi agar mendapat gambar yang bagus tentu harus ada antena. Antena ini harus dipasang di ketinggian. Kalau jaman dulu memakai "pring" atau bambu.

Sekarang televisi antik itu masih ada di rumah, tetapi tidak begitu terawat dengan baik. Sedangkan aki, kami sudah tidak menyimpannya lagi. 

***

Televisi antik yang kami miliki tersebut, di masa sudah ada listrik, pernah dicoba dimodifikasi dengan mempergunakan listrik untuk menyalakan televisi tersebut. Tetapi, tetap tidak sama dengan televisi jaman now.

Gambar tentu saja hitam putih. Tidak begitu jernih. Bahkan "kepyur", penuh dengan semut. Hehe.

Sedangkan televisi jaman now, bukan dalam bentuk tabung. Televisi sudah jauh lebih slim, dan tentu saja lebih modern. 

Televisi ini dapat dengan mudah dinyalakan dengan adanya listrik. Tanpa harus repot-repot memakai aki. Tidak harus repot-repot kehabisan air aki juga tentunya. 

Warna dan gambar tentu saja lebih jernih. Asalkan signal televisi bagus. Channel televisi juga lebih mudah ditemukan dengan didukung antena yang tepat.

Namun apapun yang terjadi, saya bangga pernah merasakan menonton televisi hitam putih, kehabisan air aki, tahu istilah strom aki, hingga sekarang dapat menikmati gambar berwarna-warni di televisi. Dan cukup dengan listrik, bukan memakai aki lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun