Seorang siswa bernama Ahmad adalah seorang pelajar yang sangat tekun dan rajin belajar. Ia selalu menempatkan pendidikan sebagai prioritas utamanya, bahkan selama bulan Ramadhan ketika semua orang sibuk dengan ibadah puasa dan shalat tarawih.
Namun, meskipun begitu, Ahmad tidak melupakan ibadah-ibadah tersebut. Ia selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan antara pendidikan dan agama. Setelah selesai belajar di sekolah, Ahmad selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran dan menunaikan shalat sunnah di masjid terdekat.
Suatu hari, ketika sedang menjalankan ibadah tarawih di masjid, Ahmad bertemu dengan seorang anak yatim piatu yang sedang menangis karena kehilangan ibunya. Ahmad merasa iba dan ingin membantu anak tersebut. Ia berbicara dengan pemimpin masjid dan mengajukan ide untuk mengumpulkan dana untuk membantu anak tersebut.
Dalam waktu singkat, Ahmad dan teman-temannya berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk membantu anak yatim tersebut. Mereka juga memberikan dukungan moral dan merawat anak tersebut seperti keluarga mereka sendiri. Kegiatan ini membuat anak yatim tersebut merasa bahagia dan merasa bahwa ia memiliki keluarga yang peduli padanya.
Kisah ini menginspirasi karena Ahmad tidak hanya fokus pada pendidikan, namun juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Ia tidak hanya berbicara, namun juga bertindak dan memberikan kontribusi nyata untuk membantu orang lain. Ia juga menunjukkan bahwa kebaikan tidak harus dilakukan dengan cara yang besar, namun bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti membantu seorang anak yatim yang sedang kesulitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H