Mohon tunggu...
Fatimatuz Zahro
Fatimatuz Zahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Learner

no proofread

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ingat! AAVE Tidak Sama dengan Slang

19 Juni 2022   20:41 Diperbarui: 19 Juni 2022   20:44 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-2.tstatic.net/kaltim/foto/bank/images/englishhhhhh.jpg

Cepatnya arus media di era yang serba instan ini memudahkan para pengguna internet banyak terpapar hal-hal baru dengan cepat. Contohnya seperti penggunaan bahasa slang. Setiap hari ada saja istilah baru yang muncul di masyarakat yang beredar yang awalnya ramai digunakan di internet.

Istilah slang bahasa gaul yang berasal dari para remaja di Amerika atau di Inggris. Kalau dibahasa Indonesiakan slang adalah bahasa gaul. Slang sendiri adalah jenis kata atau kalimat yang tidak resmi atau baku yang digunakan untuk berkomunikasi antar individu, biasanya digunakan antar kelompok atau remaja. Tentu saja kamu tidak akan mau menggunakan slang saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau dalam khalayak yang formal. Contoh slang yang sering dijumpai misalnya seperti  'mager', 'jomblo', 'baper', 'sotoy', dan masih banyak lagi.

Tidak hanya penggunaan slang bahasa Indonesia yang ramai digunakan, sekarang ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang juga menggunakan slang dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi  seperti 'slay', 'lit', 'lowkey'. Namun, masih banyak sekali orang yang salah dan menganggap AAVE adalah slang.

Apa itu AAVE?

Kependekan dari African-American Vernacular English, adalah dialek bahasa yang digunakan dan diciptakan oleh orang Afrika-Amerika sejak lama. Sayangnya masih banyak orang yang tidak bisa membedakan slang dan AAVE, padahal kedua hal tersebut memiliki latar belakang yang sangat berbeda.

AAVE memiliki aturan grammar sendiri, tidak seperti bahasa Inggris pada umumnya yang tercipta saat zaman perbudakan dulu. Dulu saat orang-orang Afrika yang menjadi korban perbudakan tidak mengerti bahasa Inggris, mereka pun mengadaptasi bahasa Inggris yang mereka pelajari dengan bahasa dan budaya yang mereka ketahui untuk dapat berkomunikasi antar sesama. AAVE yang dipakai sekarang ini juga tidak lagi sama dengan yang dulu, karena bahasa ini juga terus berkembang. 

Tidak ada larangan yang pasti bagi kaum race lain untuk menggunakan bahasa ini, namun seringkali AAVE digunakan untuk konteks yang tidak tepat, hal ini lah yang membuat seaakan AAVE hanya sekedar tren dan pop culture belaka. Misalnya seperti saat seseorang membuat lelucon atau mencoba terdengar agresif, hal ini menimbulkan stereotip bahwa orang Afrika-Amerika adalah orang-orang yang kasar. Banyak orang juga yang menggunakan bahasa ini hanya untuk terdengar gaul.

Jadi mulai sekarang, tidak ada salahnya untuk mengedakasi diri dan mencari tahu lebih dalam mengenai sesuatu hal agar tidak adanya cultural appropriation terhadap budaya orang lain. Sesuatu yang terlihat biasa saja seringkali memiliki latar belakang yang penting dan tidak bisa sembarangan dipermainkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun